Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laki-laki Warga Kabupaten Berau Kaltim yang Pernah Seks dengan Perempuan Pemijat Dianjurkan Tes HIV

3 Oktober 2022   00:07 Diperbarui: 3 Oktober 2022   00:06 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: dailymaverick.co)

Dalam berita disebutkan: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Totoh Hermanto melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Garna Sudarsono mengatakan, ada beberapa kesulitan pihaknya dalam pengawasan dan penanganan.

Jika yang dimaksud dengan pengawasan adalah mengawasi gerak-gerik atau kehidupan sehari-hari pemijat yang mengidap HIV/AIDS itu merupakan perbuatan yang melawan hukum dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).

Begitu juga dengan penanganan ketika seseorang menjalani tes HIV yang sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku, maka yang terdeteksi HIV-positif akan menerima konsleing pasca tes dan pengobatan dengan obat antriretroviral (ART).

Sedangkan yang HIV-negatif akan menerima konseling pasca tes berupa informasi yang akurat berpijak pada fakta medis tentang perilaku berisiko tertular HIV/AIDS agar yang bersangkutan tidak melakukannya.

Letak geografis Kabupaten Berau di Kalimantan Timur. (Sumber: semuatentangprovinsi.blogspot.com)
Letak geografis Kabupaten Berau di Kalimantan Timur. (Sumber: semuatentangprovinsi.blogspot.com)

Disebutkan pula oleh Garna: "Karena saat ini, banyak sebaran panti pijat yang liar dan tidak terjangkau oleh kami. Belum lagi, pengidap yang menyediakan jasa seks komersial melalui media sosial."  

Biarpun ada penyediaan jasa seks komersial melalui media sosial persoalan bukan pada penyedia, tapi laki-laki yang membeli seks. Ini terjadi karena sejak awal epidemi 35 tahun yang lalu sosialisasi tentang HIV/AIDS sudah dilakukan, tapi hasilnya nol besar.

Hal itu terjadi karena selama ini materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS sesuai dengan fakta medis hilang. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan 'seks bebas,' zina, selingkuh, seks pranikah, melacur dan homseksual. Padahal, penularan HIV/AIDS bukan karena sifat hubungan seksual ('seks bebas,' zina, selingkuh, seks pranikah, melacur dan homseksual), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (Lihat matriks sifat dan kondisi hubungan seksual).

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Saat Terjadi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Saat Terjadi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Di bagian lain Garna mengatakan: "Panti pijat yang tidak melaporkan pekerjanya, ini yang dikhawatirkan berpotensi menyebarkan virus HIV di mana-mana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun