Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KPA Jakarta Barat Bukan Ajak Masyarakat Tes HIV Tapi Warga yang Pernah Lakukan Perilaku Seksual Berisiko

27 September 2022   00:07 Diperbarui: 27 September 2022   00:10 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: ndtv.com)

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Membuktikan Sudah Tertular HIV/AIDS

Berita ini membuat banyak orang khawatir dan was-was karena mereka pernah atau sering mengalami ciri-ciri di atas, padahal tidak pernah melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS. Itu artinya berita ini tidak mencerahkan tapi menyesatkan.

Disebukan pula: Sukarno mengajak masyarakat agar tidak takut untuk melakukan pemeriksaan HIV, khususnya ibu hamil.

Masalah yang sangat mendasar adalah suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi HIV-positif tidak mau menjalani tes HIV. Maka, secara empiris suami-suami itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Baca juga: Ngeri Kali Judul Berita HIV/AIDS Ini

Sejatinya KPA Jakarta Barat membalik paradigma berpikir yaitu yang dites bukan ibu hamil, tapi suami perempuan hamil sehingga suami-suami itu tidak bisa lagi mengelak untuk melakukan tes HIV.

Di Indonesia perempuan selalu jadi objek dalam banyak hal, seperti sosiaisasi terkait dengan HIV/AIDS dan IMS (infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, antara pengidap IMS ke orang lain dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, yaitu: kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), klamdia, jengger ayam, virus hepatitis B, virus kanker serviks, trikomona, herpes genitalis, dan kutil kelamin).

Padahal, yang menularkan HIV/AIDS dan IMS ke perempuan, bahkan pekerja seks komersial (PSK), justru laki-laki. Maka, seharusnya yang jadi sasaran sosialisasi adalah laki-laki.

Di bagian lain disebutkan pula: Kelompok orang yang termasuk berisiko tinggi tertular HIV AIDS, yakni:

  • Pengguna narkoba dengan jarum suntik
  • Kerap berganti pasangan
  • Berhubungan seks tanpa kondom dengan pasangan tidak resmi

Pernyataan di atas juga tidak akurat. Risiko tertular HIV/AIDS melalui jarum suntik pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) harus dilakukan secara bersama-sama dengan cara memakai jarum suntik dan tabung secara bergiliran dan bergantian. Kalau seseorang memakai Narkoba dengan jarum suntik sendirian, maka sampai kiamat pun tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Risiko Tertular HIV/AIDS Bukan Berdasarkan Ciri-ciri HIV Tapi Terkait dengan Perilaku Seksual Berisiko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun