Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Penyebab Gangguan Cerna pada Si Kecil

17 Oktober 2021   12:31 Diperbarui: 17 Oktober 2021   12:35 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: neocate.com)

Orang tua akan kebingungan ketika Si Buah Hati mengalami kolik (rasa nyeri yang amat sangat yang hilang dan timbul di daerah usus atau sekitarnya) yang ditandai dengan tangisan, gumoh (kondisi pada balita ketika isi lambung berupa cairan naik ke mulut), dan konstipasi (sembelit yaitu sukar atau tidak dapat buang air besar).

Dari aspek medis ketiga gejala bisa terjadi karena alergi, dalam hal ini susu sapi, tapi bisa juga karena gangguan pada saluran cerna.

Untuk itulah Danone Specialized Nutrition Indonesia mengadakan webinar dengan tema "Gejala Alergi Saluran Cerna Vs Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya" (Jakarta, 13 Oktober 2021). Webinar bisa dilihat di saluran Youtube @NutrisiBangsa: https://www.youtube.com/watch?v=qCiMo5QEXyM&ab_channel=NutrisiBangsa

Webinar
Webinar "Gejala Alergi Saluran Cerna Vs Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya," Jakarta, 13 Oktober 2021 (Foto: YouTubeNutrisiBangsa)

Melalui webinar tersebut, menurut Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, agar orang tua lebih memahami tentang pentingnya mengenali perbedaan antara gangguan saluran cerna sebagai gangguan fungsional atau karena alergi sebagai langkah pencegahan dini sehingga orang tua bisa mendukung proses tumbuh kembang optimal Si Kecil.

Webinar menghadirkan dr Frieda Handayani SpA (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, sebagai pembicara utama. Catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan angka kejadian alergi susu sapi (ASS) pada anak mencapai 2-7,5% dengan kasus tertinggi terjadi pada usia awal kehidupan Si Kecil.

Gejala alergi itu sendiri pada anak sering terjadi di saluran pernapasan, kulit, serta saluran cerna. Gejala alergi paling tinggi pada anak terjadi saluran cerna yang mencapai persentase sebanyak 50 - 60% dari kasus alergi.

Menurut dr Frieda saluran cerna pada anak masih rentan sehingga organ saluran cerna belum berfungsi sempurna. Itulah sebabnya saluran cerna sering mengalami gangguan seperti konstipasi.

Gangguan saluran cerna sendiri bisa merupakan manifestasi (FGID - functional gastrointestinal disorder) karena gangguan fungsional saluran cerna dan bisa pula karena alergi.

Namun, dr Frieda mengingatkan bahwa gangguan saluran cerna pada anak juga bisa merupakan manifestasi karena alergi, seperti alergi susu sapi. Gangguan cerna tidak bisa dianggap remeh karena bisa menyebabkan asupan nutrisi pada anak terganggu yang pada akhirnya akan menghambat tumbuh kembang Si Buah Hati.

Webinar
Webinar "Gejala Alergi Saluran Cerna Vs Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya," Jakarta, 13 Oktober 2021 (Foto: NutrisiBangsa)

Begitu pula dengan alergi dalam jangka panjang bisa berdampak buruk bagi anak. Akibatnya, mengganggu kualitas hidup dan proses tumbuh kembang Si Buah Hati.

Maka, menurut dr Frieda, tindakan promotif dan preventif sejak dini jadi hal sangat penting untuk mengatasi penyakit akibat alergi agar tidak mengganggu tumbuh kembang Si Kecil secara fisik dan psikologis.

Pada umumnya biar pun orang tua sudah memahami gejala umum alergi yang terjadi pada kulit dan saluran nafas, namun pemahaman tentang gejala alergi pada saluran cerna masih minim. Apalagi gejala yang ditimbulkan alergi hampir mirip dengan gejala gangguan saluran pencernaan fungsional.

Itulah persoalan yang sangat mendasar yang dialami oleh orang tua yaitu banyak yang tidak bisa membedakan gangguan cerna pada anak apakah karena fungsional saluran cerna atau alergi. Dokter Frieda sendiri mengatakan orang tua sulit membedakan apakah gangguan saluran cerna yang dialami anak disebabkan karena gangguan fungsional saluran cerna atau merupakan manifestasi alergi.

Dalam kaitan itulah, dr Frieda berharap orang tua membawa Si Kecil ke dokter anak untuk mengetahui dengan pasti secara medis apakah gangguan cerna yang dialami anak karena gangguan pada fungsional saluran cerna atau karena alergi. Gangguan saluran cerna yang disebabkan alergi biasanya disertai pula dengan gejala alergi lain, seperti yang terjadi pada kulit atau saluran pernapasan

Ilustrasi (Sumber: samitivejhospitals.com)
Ilustrasi (Sumber: samitivejhospitals.com)

Di bagian lain dr Frieda mengatakan sangat penting untuk mengenali penyebab gangguan saluran cerna pada anak: apakah karena gangguan fungsional saluran cerna atau karena alergi. Hal itu penting karena penanganan gangguan cerna karena fungsional saluran cerna berbeda dengan gangguan cerna karena alergi.

Gangguan cerna karena alergi susu sapi bisa diganti dengan susu soya yang difortifikasi sebagai sumber nutrisi alternatif sehingga Si Kecil tetap mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang sebagai modal agar kelak jadi anak hebat.

Seorang mom influencer, Binar Tika, yang berbagi pengalaman pada webinar tentang pengalamannya menangani anak dengan gangguan cerna. Bagi Tika akan sangat membantu kalau ada alat yang dapat mendeteksi alergi saluran cerna anak. Danone Indonesia menghadirkan Allergy-Tummy Checker yang akan mulai dijalankan tanggal 1 November 2021.

Dengan Allergy-Tummy Checker orang tua bisa mengetahui alergi susu sapi pada anak dan memberikan pilihan nutrisi agar asupan gizi Si Kecil tetap seimbang dalam mendukung tumbuh kembang Si Buah Hati. Allergy-Tummy Checker memudahkan orang tua untuk membedakan gejala gangguan saluran cerna yang disebabkan oleh alergi atau hanya karena gangguan fungsional saluran cerna biasa. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun