Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Ketika Buku Pertama Diterbitkan

4 September 2020   10:54 Diperbarui: 4 September 2020   10:59 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul buku "Pers Meliput AIDS" (Sumber: shopee.co.id).

Sebagai seorang penulis di platform, dalam hal ini Kompasiana, amatlah beralasan bagi Thamrin Dahlan (TD) untuk membukukan tulisan-tulisannya di Kompasiana. Menerbitkn kumpulan tulisan dalam satu buku merupakan bentuk kompilasi yaitu kumpulan tulisan yang tersusun secara teratur (berdasarkan tema). TD mengatakan bahwa buku merupakan 'mahkota' bagi seorang penulis. Dalam hal ini TD mengaitkannya dengan tulisan-tulisan Kompasianer di platform Kompasiana.

Nah, sejalan dengan TD penulis pun merasakan kerja keras sebagai wartawan yang mengkhususkan diri sebagai penulis berita, feature dan opini tentang HIV/AIDS terbayar juga ketika sebuah buku yang saya tulis diterbitkan.

Ketika epidemi HIV/AIDS merebak banyak negara, termasuk Indonesia, yang anggap remeh. Banyak pejabat sampai menteri, bahkan ada dari kalangan medis, yang melontarkan komentar-komentar nyeleneh. Pada dasarnya mereka mengatakan HIV/AIDS tidak akan bisa masuk ke Indonesia, al. karena bangsa Indonesia berbudaya, beragama, dst.

1. Hadiah Lomba Tulis HIV/AIDS

Itu terjadi di awal epidemi dari tahun 1981, bahkan sampai sekarang tetap saja ada yang tidak percaya HIV/AIDS itu ada. Ketika itu penulis bekerja sebagai wartawan di Tabloid "Mutiara" (tabloid pertama di Indonesia dengan gaya penulisan feature yang membalik paradigma yaitu satu tulisan banyak narasumber karena ketika media massa umumnya satu narasumber banyak berita).

Teleks di kantor selalu ada berita tentang HIV/AIDS, tapi wartawan dan redaktur tidak ada yang berminat. Bahkan, ada NGO di Inggris (Panos) yang selalu mengirimkan newsletter dan buku tentang HIV/AIDS. Ini pun dibiarkan tergeletak di meja dengan alat teleks (jaringan teleprinter dengan cara kerja telepon mengirim pesan dengan teks).

Saya kumpulkan berita-berita HIV/AIDS yang dikirim melalui Teleks dari berbagai kantor berita dunia. Saya mulai menulis berita tentang HIV/AIDS. Karena di "Mutiara" laporan harus bentuk feature, tulisan saya kirimkan ke media di satu grup dengan "Mutiara". Sedangkan di "Mutiara" saya sering ditugaskan menulis Sorotan Utama dan laporan lain tentang HIV/AIDS.

Salah satu laporan saya, "Sudah Terinfeksi Disakiti Pula", juara pertama lomba penulisan HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh LP3Y Yogyakarta dan The Ford Foundation. Hadiahnya, saya dikirim sebagai peserta Kongres AIDS Internasional Asia Pasifik (ICAAP) IV, 1997, di Manila, Filipina.

Laporan itu tentang kisah seorang perempan di Karawang, Jawa Barat, yang dipulangkan dari Riau karena hasil survailans tes HIV di sana reaktif. Waktu itu ada kebijakan di beberapa daerah jika ada pekerja seks komersial yang terdeteksi HIV/AIDS dipulangkan ke daerah asalnya. Nah, perempuan tadi belum sampai ke rumahnya, tapi media massa (cetak dan elektronik) sudah menulis tentang perempuan itu dengan gaya yang bombastis dan sensasional.

Baca juga: Sudah Terinfeksi HIV Disakiti Pula*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun