Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jumlah Covid-19 di Italia Disalip 12 Negara dari 4 Benua

14 Juli 2020   09:08 Diperbarui: 14 Juli 2020   16:56 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sewaktu Italia mengalami puncak pandemi virus corona baru (Covid-19) banyak negara yang bergeming, belakangan negara-negara itu justru salip Italia

Ketika episentrum atau hot sport pandemi virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) 'terbang' ke Italia, Eropa, yang ditandai dengan puncak pandemi 18 Maret -- 29 Maret 2020 dengan kasus harian terbanyak pada 21 Maret 2020 sebanyak 6.553 banyak negara yang bergeming.

Bahkan, Spanyol justru mengirimkan ribuan suporter sepak bola ke Liverpool, Inggris, untuk mendukung Atletico Madrid berlaga dengan Liverpool di kancah Piala Champions. Padahal, ketika itu di banyak negara Eropa, termasuk Inggris, pandemi Covid-19 sudah merebak.

Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian episentrum Covid-19 pindah ke Spanyol yang mencapai puncak pandemi Covid-19 pada 23 Maret -- 4 April 2020 dengan kasus harian terbanyak pada 26 Maret 2020 sebanyak 8.271.

Vietnam Catat Nol Kematian Terkait Covid-19

Negara-negara di benua lain, seperti Asia, Amerika, dan Afrika memilih adem-ayem karena negara-negara itu termakan provokasi bahwa 'neraka' pandemi virus corona akan terjadi di China dan Korea Selatan (Korsel). Banyak kalangan yang memperkirakan episentrum Covid-19 akan bergejolak di China sebagai negara dengan kasus pertama Covid-19. Selanjutnya disebut-sebut Korsel karena negara ini jadi tujuan utama pelancong asal China.

Tapi, perkiraan dan anggapan banyak kalangan itu meleset 360 derajat. China dan Korsel tidak pernah jadi episentrum Covid-19. Bahkan, China ada di peringkat ke-23 dunia, sedangkan Koresel di peringkat ke-64 dunia.

Tentu saja keberhasilan dua negara itu menangani penyebaran virus corona karena jalankan program yang realistis, seperti lockdown, tes dan tracing. Maka, ketika di awal Januari 2020 puluhan ribu pelancong dari Wuhan, kasus pertama pertama virus corona terdeteksi, merayakan tahun baru tidak ada warga Korsel yang tertular. Padahal, kalangan ahli memperkirakan sebagian besar dari pelancong itu tetular virus corona tapi tanpa gejala.

Pemerintah Negeri Ginseng itu sudah menyebarkan informasi tentang cara melindungi diri, yaitu pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak serta tetap di rumah. Maka, yang kontak dengan puluhan ribu pelacong dengan virus corona itu hanya orang-orang tertentu, seperti karyawan hotel, restoran, transportasi, dll.

Begitu juga dengan Vietnam yang berbatasan langsung dengan China. Ketika Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menerima laporan tentang virus yang menyebabkan pneumonia di Wuhan, otoritas Vietnam langsung menutup semua pintu perbatasan dan menghentikan penerbangan. 

Tes terhadap pendatang dan warga yang kontak dilakukan berbarengan dengan tracing sampai buntu dan isolasi bagi yang bergejala Covid-19. Kematian karena Covid-19 di Vietnam nol dan kasusnya pun hanya 372 yang menempatkan negeri itu di peringkat ke-160 dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun