Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PSK Online di Kota Tasikmalaya Mata Rantai Penyebaran HIV/AIDS

3 November 2019   05:45 Diperbarui: 3 November 2019   06:06 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pngmart.com)

"Kami sedang melakukan pendampingan dan sekarang mereka akan diperiksa dulu kesehatannya, lalu tes HIV/AIDS yang bekerjasama dengan pihak Dinas Kesehatan (Dinkes)." Ini pernyataan Kepala Seksi (Kasi) PPA P2TP2A Bidang Pemberdayaaan dan Perlindungan Anak Dinas PPKBP3A Kota Tasik, Teti Rositawati, dalam berita "Para PSK Online yang Digerebek Polres Kota Tasik Dites HIV/AIDS" di radartasikmalaya.com, 31/10-2019.

Ini menunjukkan prostitusi online, dalam berita disebut 'PSK Online' (PSK -- pekerja seks komersial), sudah menyebar di Nusantara. Ini hal yang masuk akal karena sekarang tidak ada lagi lokalisasi pelacuran dan kepemilikan telepon pintar juga sudah merata sampai ke daerah sehingga ada perangkat untuk mengakses media sosial (medsos).

Langkah yang dilakukan yaitu tes HIV terhadap empat cewek PSK online seperti yang disampaikan dalam berita lebih kepada sensasi karena tidak ada langkah konkret dari hasil tes HIV itu kelak.

Terkait dengan penangkapan empat PSK online di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tsb. yang jadi masalah besar adalah:

(1) Laki-laki yang menularkan HIV/AIDS ke PSK online tsb, bisa jadi mrk suami, bahkan ada yg istrinya lebih dari satu, dan

(2) Laki-laki yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK online yang mengidap HIV/AIDS berisiko tertular HIV/AIDS, bisa jadi meraka adalah suami, bahkan ada yang istrinya lebih dari satu.

Masalah lain adalah banyak laki-laki 'hidung belang' yang menganggap mereka tidak berisiko tertular HIV/AIDS karena PSK online bukan PSK yang mangkal di lokalisasi pelacuran. Soalnya, selama ini ada informasi yang ngawur yaitu menyebutkan penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran.

Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"

Padahal, dalam prakteknya PSK dikenal dua jenis, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.

Dalam prakteknya PSK online sebagai PSK tidak langsung sama saja dengan PSK langsung karena mereka juga melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan laki-laki yang berganti-ganti. Bisa jadi salah satu dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS sehinga PSK online berisiko tertular HIV/AIDS.

Berita tsb. sama sekali tidak memberikan informasi yang akurat tentang risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan PSK online. Padahal, yang diharapkan dari penangkapan empat PSK online di Kota Tasikmalaya itu adalah memberikan informasi kepada masyarakat bahwa empat PSK online itu sama saja dengan PSK langsung.

Itu artinya laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan salah dari dari empat PSK online tsb. berisiko tertular HIV/AIDS. Jika hasil tes HIV terhadap empat PSK online tsb. hasilnya positif, maka laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan PSK online yang ditangkap itu berisiko tinggi tertular HIV/AIDS jika hubungan seksual dilakukan tanpa memakai kondom.

Salah satu indikator penyebaran HIV/AIDS di kalangan laki-laki adalah penemuan kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga. Program yang menganjurkan ibu-ibu hamil tes HIV merupakan upaya untuk memutus mata rantai penularan HIV dari ibu-ke-anak yang dikandungnya.

Dari 500 kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya sampai Januari 2019 ternyata 38 persen terdeteksi pada ibu rumah tangga. Ini angka yang tidak kecil (liputan6.com, 16/1-2019).

Tapi, yang perlu dilakukan adalah suami dari ibu hamil yang terdeteksi HIV juga harus menjalani tes HIV. Dengan tes HIV suami-suami itu akan dikonseling agar tidak menyebarkan HIV ke perempuan lain. Celakanya, tidak semua suami mau menjalani tes HIV ketika istrinya terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Maka, yang terjadi adalah penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, yang dilakukan oleh suami-suami ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Penyebaran ini kelak akan bermuara pada 'ledakan AIDS' di Kota Tasikmalaya. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun