Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Quo Vadis Pos Indonesia?

8 Agustus 2019   19:47 Diperbarui: 9 Agustus 2019   08:28 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PT Pos Indonesia di Berau | Sumber: Tribun Kaltim/Geafry Necolsen

Ilustrasi |Sumber: setara.net
Ilustrasi |Sumber: setara.net
Ketika hendak bepergian dari Stasiun KA Gambir, Jakarta Pusat, misalnya, tidak akan bisa mengirim kartu pos ke keluarga atau teman karena di sana tidak tersedia kartu pos dan warkat pos yang sudah berprangko. Kotak surat pun tidak ada. Cap posnya pun bukan Stasiun KA Gambir sehingga tidak menarik bagi filatelis.

[Baca juga: Kode Pos (di) Indonesia Tidak Merakyat!]

Kalau saja di tempat-tempat khas ada kartu pos dan warkat pos berprangko akan mendorong seseorang untuk berkirim surat. Apalagi gambar atau ilustrasi kartu pos sangat khas tentulah jadi incaran filatelis.

Begitu juga dengan prangko terlalu banyak seri yang diterbitkan setiap tahun dan tidak temanya tidak mendunia. Ini pun tidak menarik minat filatelis untuk membeli dan mengoleksi prangko terbiatan PT Pos Indonesia.

Sedangkan untuk wesel pos, ternyata toko-toko ritel bisa memanfaatkan nomor ponsel sebagai bukti pengiriman uang. Padahal, kantor pos sampai ke kecamatan sehingga bisa sebagai ritel untuk pengiriman surat, uang, dan paket.

Belakangan loket di kantor-kantor pos pun menerima pembayaran berbagai tagihan, seperti telepon, listrik, air, kartu kredit, cicilan, dll. Tapi, ini bukan core business pos sehingga tidak akan bisa diandalkan.

Tentu saja perlu belajar dari negara-negara dengan densitas telepon dan internet yang tinggi tapi pengiriman surat pos berprangko tetap tinggi. Itu artinya perlu inovasi agar masyarakat gemar berkirim surat. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun