Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selamatkan Anak-anak dari Stunting untuk Masa Depan Bangsa

1 Februari 2019   09:30 Diperbarui: 1 Februari 2019   10:10 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Di tengah-tengah persaingan global ternyata Indonesia ada dalam kondisi yang rapuh al. ditandai dengan tingkat stunting (badan kerdil) dan kurang gizi atau malanutrisi. Secara internasional Indonesia ada dalam kategori 5 besar kasus stunting.

Pasar global yang kini tidak lagi mengenal batas fisik dan administrasi antar negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan tingkat kesetahan, kebugaran dan intelektual yang tinggi. Kondisi ini hanya bisa dicapai dengan kualitas (masa) anak-anak yang bebas dari stunting, kurang gizi  an malanutrisi.

[Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting]

Dalam kaitan itulah NUTRICIA (produsen nutrisi medis untuk anak dan dewasa) yang tergabung dalam Danone Indonesia menyelenggarakan "Perayaan Hari Gizi Nasional: Dukung Orang Tua Capai Berat Badan Ideal Anak" di Jakarta (29/1-2019), Tampil sebagai pembicara yaitu: DR. Dr. Conny Tanjung, Sp.A(K) (dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik) dan Ajeng Raviando (psikolog anak dan keluarga), serta seorang ibu yang juga artis Kaditha Ayu. 

Kegiatan ini merupakan dukungan bagi pemerintah terkait dengan peringatan Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari.

Dari aspek medis sudah terukur bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan priode emas tumbuh kembang anak sehingga perlu penanganan khusus agar anak tidak mengalami berat badan yang tidak ideal (underweight). Jika orang tua tidak jeli, maka kondisi underweight bisa berakhir pada kondisi yang lebih buruk yaitu wasting (badan kurus).

Ilustrasi (Sumber: cnnindonesia.com)
Ilustrasi (Sumber: cnnindonesia.com)
Banyak orang tua yang kewalahan menghadapi anak yang menolak makan, al. dengan GTM (gerakan tutup mulut). Tapi, kalau orang tua tetap tidak menangani anak dengan baik maka anak akan sampai pada kondisi stunting (tubuh kerdil) yang akan mengganggu perkembangan anak, al. 

Sistem kekebalan tubuh turun sehingga mudah kena penyakit, gangguan perkembangan fisik dan otak yang akhirnya jadi gangguan daya pikir (kognitif) dan gangguan berinteraksi sosial.

Status gizi kurang merupakan salah satu permasalahan pertumbuhan yang mengacu pada kondisi berat badan yang ideal menurut tinggi badan. "Kondisi ini dapat diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, penyakit kronis, masalah kesulitan makan, praktek pemberian makan yang salah dan ketidaktahuan orang tua,"  kata   Dr Conny. Untuk itulah orang tua diharapkan membantu anak agar makan yang teratur tentu saja dengan bantuan dokter ahli,

Sejalan dengan yang disampaikan Dr Conny, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dipublikasi oleh Kemenkes RI menunjukkan persentase underweight (berat badan kurang) dan severe underweight (berat badan sangat kurang) pada kelompok balita di Indonesia mencapai 17,7 persen.  

Sedangkan angka ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 10 persen. Berat badan anak yang masuk kategori underweight   dan severe underweight merupakan kondisi serius yang segera perlu ditangani. 

Persoalannya adalah banyak orang tua tidak menyadari bahwa tubuh anak yang   kurus membutuhkan perhatian dan penanganan khusus secara medis.

Salah satu cara yang dianjurkan adalah secara rutin orang tua memantau berat badan dan tinggi badan anak. Celakanya,  tingkat kesadaran masyarakat untuk memantau berat dan tinggi badan anak secara rutin rendah. 

Data menunjukkan tahun 2018 hanya sekitar 54,6 persen anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditimbang dan diukur tinggi badan untuk disesuaikan dengan  standar WHO. 

Paling sedikit orang tua menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak delapan kali dalam satu tahun agar bisa dideteksi secara dini gangguan pertumbuhan.

Untuk mendukung pertumbuhan anak yang optimal al. melalui perbaikan gizi dikatakan oleh Ajeng diperlukan peran aktif orang tua dan lingkungan. Ajeng meminta orang tua memperhatikan pola makan dengan mencari informasi tentang menu makanan anak agar anak mau makan. 

"Dari perspektif pola asuh orang tua juga perlu memberikan contoh berupa pola kebiasaan makan yang baik di rumah dan meluangkan waktu makan bersama-sama," pinta Ajeng. Ini sebagai upaya untuk mendorong anak agar makan dengan teratur.

Sumber : istock.com
Sumber : istock.com
Persoalan yang sering dihadapi orang tua al. cemas dan khawatir tentang kondisi anak. Untuk itulah Ajeng memberikan lima langkah positif agar kecemasan bisa dihilangkan sehingga anak terhindar dari malanutrisi.

Pertama, orang tua diharapkan bersikap objektif. Untuk memastikan apakah tinggi badan dan berat badan anak sudah sesuai dengan standar WHO, segera cek. Bisa dengan membawa ke fasilitas kesehatan, seperti Posyandu dan Puskesmas atau dokter pribadi.

Untuk membantu orang tua Danone Indonesia meluncurkan platform berupa website untuk mengetahui apakan tinggi dan berat badan anak sudah ideal melalui www.cekberatanak.co.id. Website ini diharapkan dapat memudahkan orang tua dalam memantau berat badan ideal Si Kecil dari mana saja dan kapan saja. 

"Dengan rutin mengecek kurva pertumbuhan anak melalui website ini, semoga orang tua dapat lebih siap dan waspada bila terjadi gejala berat badan kurang sehingga segera mencari solusi dengan berkonsultasi kepada ahli kesehatan terdekat," kata Arif Mujahidin, Communication Director Danone Indonesia.

Kedua, berpikir positif. Orang tua tidak menyangkal kondisi Si Buah Hati. Yang penting cari solusi dan siap memperbaiki perilaku sesuai anjuran dokter untuk kebaikan Si Buah Hati.

Ketiga, pendekatan yang ramah terhadap anak. Orang tua diharapkan tidak memaksa anak, terutama dalam hal makan. Cari cara yang baik dengan meminta nasihat ke dokter.

Maka, seperti yang dilakukan oleh Ayu yaitu membujuk anak makan dengan 'imbalan' gadget dinilai tidak baik. Maka,yang perlu adalah langkah-langkah pesuasif dengan panduan menu dan cara makan yang diberikan dokter.

Keempat, cari solusi dari ahli bukan dari komunitas atau Internet. Soalnya, informasi di Internet tidak selamanya akurat.

[Baca juga: "D]anone Blogger Academy" Melanjutkan Tradisi]

Kelima,  dukungan dari keluarga. Selain orang tua, anggota keluarga, teman, sahabat, dll. juga diharapkan memberikan dukungan agar orang tua bisa mengatasi kesulitan makan pada anak.

Kurang gizi dan malanutrisi tidak selamanya terkait dengan kemiskinan karena di kalangan menengah atas pun ada kasus stunting. Maka, sangat diharapkan pemerintah di daerah, terutama pemerintah kabupaten dan kota, aktif dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Posyandu dan Puskesmas pun diharapkan tidak lagi sekedar tukang catat tinggi badan dan berat badan bayi dan anak-anak yang rutin setiap bulan. Diharapkan ada analisis dan diagnosis terhadap data tinggi badan dan berat badan  sehingga ada pegangan orang tua untuk membesarkan anak-anaknya dengan baik.

Jika kita tidak bisa beranjak dari lima besar jumlah stunting dunia, maka negeri ini tidak akan bisa melangkah mendekati negara-negara maju, bahkan di lingkungan ASEAN. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun