Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Diskriminasi dan Eufemisme Pelacuran Dorong Penyebaran AIDS di Indonesia

7 Januari 2019   11:58 Diperbarui: 9 Januari 2019   14:44 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: (Sumber: 123rf.com)

Ilustrasi (Sumber: dailymail.co.uk)
Ilustrasi (Sumber: dailymail.co.uk)
Persoalan besar terkait dengan pelacuran justru laki-laki karena merekalah pelacuran hidup yaitu dengan membeli seks kepada PSK. Dalam kaidah ekonomi permintaan (demand) berupa keinginan laki-laki untuk membeli seks mendorong penyediaan PSK (supply). 

Di sini berperan germo atau mucikari yang menjadi fasilitator antara laki-laki dan PSK. Tidak sedikit laki-laki beristri yang 'curhat' ke PSK dan berharap bisa memuaskan PSK. Celakanya, PSK memanfaatkan hal itu sehingga 'permainan' pun cepat selesai.

[Baca juga: Pelacuran: Persoalan Bukan pada Pekerja Seks tapi pada Laki-laki 'Hidung Belang' dan Duka Derita PSK di 'Sarkem' Yogyakarta]

Moralisasi pelacuran juga terkadang di luar akal sehat. Di wilayah Pantura (pantai utara Pulau Jawa), khususnya di kawasan Cirebon seks dengan perempuan di tempat-tempat yang menyediakan PSK, seperti warung, panti pijat, dll. disebut sebagai 'esek-esek'.

[Baca juga: Praktek 'Esek-esek' di Kab Cirebon, Jabar]

Istilah ini benar-benar 'netral' dan bebas moral karena sama sekali tidak terkait langsung dengan zina dan pelacuran. Coba simak percakapan ini:

Si A: Dari mana, Pak?

Si B: Ah, habis esek-esek!

Sama sekali tidak ada beban moral karena secara umum tidak ada kaitan langsung antara esek-esek dengan zina dan pelacuran.

Sensasi

Ketika Satpol PP melakukan razia penyakit masyarakat (Pekat) dan menangkap perempuan, yang mereka sebut sebagai PSK, di tempat-tempat yang dulu sebagai lokasi atau lokasisai pelacuran, perempuan-perempuan itu langsung menjalani tes HIV tanpa melalui standar baku tes HIV, seperti konseling, informed consent dan konfidensialitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun