Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyikapi Keprihatinan Paus Fransiskus tentang Homoseksualitas

8 Desember 2018   09:45 Diperbarui: 8 Desember 2018   09:53 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: messianicapologetics.net)

Disclaimer: Artikel ini semata-mata dari aspek realitas sosial sehingga sama sekali bukan dengan sudut pandang agama tapi perspektif seksualitas.

Paus Fransiskus menyatakan keprihatinan mendalam tentang tingkah-laku homoseksual yang dilakukan oleh sebagian pastor Katolik. Katanya, ini terjadi bersamaan dengan semakin populernya perilaku homoseksual dalam masyarakat. Ini pernyataan di lead berita "Prihatin Perilaku Homoseksual di Gereja, Paus: Harus Lebih Ketat Pilih Calon Pastor" (VOA Indonesia, 7/12-2018).

Pertama, saya salut dengan Paus Fransiskus yang sejak terpilih (2013) selalu bicara faktual terkait dengan seksualitas di lingkungan gereja, dalam hal ini Katolik. Ini berbeda dengan pemuka agama-agama lain yang memilih membisu ketika ada kasus terkait kekerasan dan kejahatan seksual yang melibatkan tokoh agama, bahkan di ranah peribadatan.

Kedua, saya tidak sependapat dengan Paus terkait dengan pernyataan "terjadi bersamaan dengan semakin populernya perilaku homoseksual dalam masyarakat" karena sejak zaman Nabi Luth sudah dikenal homoseksualitas. Hanya saja sekarang di era keterbukaan informasi tentang homoseksualitas banjir melalui berbagai macam media. Dahulu media sangat terbatas.

Ketiga, terkait dengan judul yang dikatakan oleh Paus bahwa "harus lebih ketat pilih calon pastor" tidak objektif karena orientasi seksual tidak bisa dikenali secara fisik. Bahkan, pada waria (transgender) pun tidak bisa diketahui orientasi seksual mereka karena ada waria yang heteroseksual dengan istri dan anak. Ada pula yang homoseksual.

Keempat, kekerasan seksual dengan sodomi sama sekali tidak otomatis terkait dengan orientasi seksual karena sodomi adalah bentuk perkosaan dengan seks anal dengan laki-laki dan perempuan.

Bertolak dari empat hal di atas bisa jadi orang-orang, dalam hal ini terkait dengan agamawan, yang menyalurkan dorongan seksual dengan bayi, anak-anak dan remaja terkait dengan parafilia yaitu menyalurkan dorongan seksual dengan cara lain.

Karena korban kejahatan seksual yang melibatkan agamawan umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja pada rentang usia 7-12 tahun, maka ini merupakan bentuk prafilia yang disebut paedofilia.

[Baca juga: Parafilia, Memuaskan Dorongan Hasrat Seksual 'di atau dari Sisi Lain' dan Salah Kaprah tentang Paedofilia]

Pedofilia adalah laki-laki dewasa yang menyalurkan dorongan seksual dengan seks vaginal dan seks anal dengan anak-anak umur 7-12 tahun.

Sedangkan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual, vaginal dan anal, dengan anak-anak dan remaja umur 7-17 tahun disebut cougar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun