Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penanggulangan AIDS di Jombang Andalkan Sosialisasi

20 November 2018   15:35 Diperbarui: 20 November 2018   19:58 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: hindustantimes.com)

"HIV-AIDS sangat bahaya, penanganan, pencegahan dan pemberantasannya harus serius langsung ke sumber penularannya," ucap Gus Sentot, sapaan akrab M Syarif Hidayatullah, Ketua Komisi D DPRD Jombang. Pernyataan ini ada dalam berita "HIV/AIDS Masih Tinggi, Dinkes Jombang Diminta Serius Sosialisasi" di radarjombang.jawapos.com (20/11-2018).

Pernyataan di atas menunjukkan pemahaman yang sangat rendah terkait dengan epidemi HIV/AIDS. Disebutkan " .... pemberantasannya harus serius langsung ke sumber penularannya."

Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Kabupaten Jombang, Jatim, dilaporkan 1.388 dari tahun 1999 sampai tahun 2018.

Tidak ada sumber penularan HIV karena sebagai virus HIV ada di beberapa cairan di dalam tubuh orang-orang yang mengidap HIV/AIDS.

Pernyataan itu merupakan bagian dari mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS yang disebarluaskan oleh media massa yang bersumber dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah, yang mengaitkan secara langsung penularan HIV/AIDS dengan pekerja seks komersial (PSK) dan lokasi atau lokalisasi pelacuran.

Ada beberapa hal yang luput dari perhatian terkait PSK dan lokasi atau lokalisasi pelacuran, yaitu:

Pertama, yang menularkan HIV/AIDS ke PSK adalah laki-laki dewasa, bisa penduduk Jombang atau pendatang, yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak menyadari dirinya pengidap HIV/AIDS. Ini terjadi karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV/AIDS.

Jika laki-laki tsb. penduduk Jombang, maka laki-laki itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat Jombang, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Yang beristri akan menularkan ke istrinya (horizontal). Jika istrinya tertular ada pula risiko penularan (vertikal) dati si ibu ke bayi yang dikandungnya terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Kedua, ada laki-laki dewasa penduduk Jombang yang melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan PSK pengidap HIV/AIDS. PSK yang mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya.

Laki-laki penduduk Jombang yang tertular HIV dari PSK jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat Jombang, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Yang beristri akan menularkan ke istrinya (horizontal). Jika istrinya tertular ada pula risiko penularan (vertikal) dati si ibu ke bayi yang dikandungnya terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

PSK tidak hanya ada di lokasi atau lokalisasi pelacurana karena dikenal ada dua jenis PSK, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan, dan

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.

Maka, tidak ada 'sumber penularan HIV/AIDS' karena HIV ada di darah, air mani, cairan vagina dan ASI pengidap HIV/AIDS.

Disebutkan pula dalam berita: Sebab selama ini sumber penularan baik lokalisasi maupun tempat hiburan malam sangat jarang di Kabupaten Jombang. Namun mengapa penderita HIV baru di Jombang masih tinggi setiap tahunnya.

Lagi-lagi pernyataan di atas tidak tepat karena tidak ada sumber penularan HIV/AIDS. Selain tertular karena melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK, risiko penularan HIV bagi laki-laki dan perempuan juga bisa terjadi melalui perkawinan, terutama pada praktek kawin-cerai dan kawin-kontrak karena ada kemungkinan salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS.

Seorang perempuan yang menikah dengan laki-laki dengan perilaku seksual berisiko tentulah sebagai istri ada risiko tertular HIV/AIDS karena ada kemungkinan suami tertular HIV/AIDS karena perilakunya.

Begitu juga dengan seorang laki-laki yang menikah dengan perempuan yang pernah menikah bisa berisiko tertular HIV/AIDS kalau perilaku seksual mantan suami istrinya berisiko. Hal ini dialami oleh seorang guru agama.

[Baca juga: Guru Agama Ini Kebingungan Anak Keduanya Lahir dengan AIDS]

Disebutkan juga: Bahkan mayoritas penderita HIV baru di Jombang ini didominasi usia produktif 25-49 tahun.

Hal itu sangat realistis karena pada usia itulah dorongan seksual sangat kuat dan mereka mempunyai uang untuk membeli seks. Mereka itu al. pegawai, karyawan atau pengusaha.

Gus Sentot menambahkan sosialisasi perlu digalakkan kembali ke masyarakat baik di sekolah hingga pedesaan. Sehingga kasus HIV-AIDS bisa semakin ditekan.

Sosialisasi tentang HIV/AIDS sudah dilakukan sejak awal epidemi HIV/AIDS di Indonesia yaitu tahun 1987. Sayangnya, informasi HIV/AIDS yang disosialisasikan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis HIV/AIDS. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah), seperti penyebutan PSK dan lokalisasi pelacuran sebagai sumber penularan HIV/AIDS.

Lagi pula dibutuhkan waktu yang panjang antara menerima sosialisasi sampai terjadi perubahan perilaku. Pada rentang waktu ini bisa saja terjadi penularan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko.

Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan faktor risiko atau media penularan HIV/AIDS pada warga Jombang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Langkah konkret yang bisa dilakukan untuk menanggulangi HIV/AIDS adalah dengan melakukan intervensi terhadap media penularan HIV/AIDS bukan dengan sosialisasi. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun