Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Kota Tegal, Adakah Program untuk Capai Zero Kasus HIV Baru?

11 Juli 2018   18:09 Diperbarui: 11 Juli 2018   18:10 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: indianexpress.com)

Cegah Angka HIV/AIDS, Dinkes Kota Tegal Bakal Tambah Layanan. Ini judul berita di jateng.tribunnews comjateng.tribunnews co (2/7-2018). Judul berita ini menjungkirbalikkan akal sehat karena dengan menambah tempat layanan tes HIV tentulah menambah kasus baru yang terdeteksi yang pada akhirnya menambah jumlah kasus HIV/AIDS (yang terdeteksi).

Dilaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Tegal, Jateng, sejak tahun 2008 sampai 31 Juni 2018 sebanyak 248 yang terdiri atas 128 HIV dan 120 AIDS dengan 45 kematian.

Judul berita tsb. menunjukkan pemahaman HIV/AIDS sebagai fakta medis yang sangat rendah di banyak kalangan. Media merupakan saluran utama menyampaikan informasi yang akurat tentang HIV/AIDS sebagai bagian dari upaya penanggulangan epidemi HIV/AIDS.

Tapi, jika media menyampaikan informasi HIV/AIDS yang tidak akurat itu artinya terjadi misleading (menyesatkan). Hal ini justru membuat masyarakat tidak menangkap informasi yang akurat sehingga tidak berguna untuk mendorong perubahan perilaku seksual. Padahal, salah satu langkah untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru adalah melalui perubahan perilaku seksual yaitu tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS, al. (a). Sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti, dan (b). Sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Terkait dengan penambahan layanan tes HIV dengan prosedur VCT (voluntary and counselling test yaitu tes HIV sukarela dengan konseling sebelum dan sesudah tes), dikatakan oleh Pengelola Program HIV AIDS Dinkes Kota Tegal, Lenny Harlina, penemuan kasus HIV/AIDS baru bisa diatasi cepat.

Yang diatasi adalah warga yang baru terdeteksi barupa konseling setelah tes HIV agar tidak menularkan HIV ke orang lain dan menjalani tes CD4 untuk mengetahui apakah ybs. sudah harus meminum obat  antiretroviral (ARV). Jika CD4 di bawah 350 maka pemberian obat ARV sudah harus dimulai. Jika kasus yang baru terdeteksi perempuan hamil, maka dokter akan menjalankan program pencegahan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Di bagian lain Lenny mengatakan: "Zero kasus baru, zero kematian dan zero diskriminasi dan stigma."

Pertanyaan untuk Lenny: Apa program konkret yang dilakukan oleh Pemkot Tegal, dalam hal ini Dinkes Tegal dan KPK Tegal, untuk mencegah penularan HIV (baru)?

Adalah hal yang mustahil menghentikan insiden infeksi HIV baru, khususnya melalui hubungan seksual, karena tidak mungkin memonitor semua warga dewasa, laki-laki dan perempuan, terkait dengan perilaku seksual mereka.

Selanjutnya, bagaimana caranya agar tidak ada kematian terkait dengan HIV/AIDS kalau kasus HIV/AIDS yang ada di masyarakat tidak terdeteksi semua. Soalnya, epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es yaitu jumlah kasus yang terdeteksi (248) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Selain itu penanganan kasus HIV/AIDS dari hasil tes HIV di Klinik VCT adalah langkah di hilir yaitu pada warga yang sudah tertular HIV.

Yang diperlukan adalah langkah konkret penanggulangan di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, jumlah infeksi HIV baru khususnya pada laki-laki dewasa melalui perilaku seksual berisiko (b), yakni laki-laki yang sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Mungkin Lenny akan menepuk dada dengan mengatakan: Di Kota Tegal tidak ada pelacuran!

Secara de jure itu benar karena sejak reformasi tidak ada lagi lokres (lokalisasi dan rehabilitasi) pelacuran yang ditangani pemerintah daerah untuk membina PSK langsung. Tapi, secara de facto apakah Lenny bisa menjamin tidak ada transaksi seks dalam bentuk pelacuran di Kota Tegal?

Tentu saja tidak bisa karena transaksi seks yang melibatkan PSK tidak langsung, perempuan yang 'menyamar' sebagai cewek penghibur, cewek pemijat, anak sekolah, dll. dengan berbagai modus, bahkan memakai media sosial, terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu yang tidak bisa diintervensi.

Itu artinya insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi, terutama pada laki-laki dewasa, yang pada gilirannya terjadi penyebaran HIV melalui laki-laki yang tertular HIV tampa mereka sadari. Ini terjadi karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV.

Penyebaran HIV di masyarakat merupakan 'bom waktu' yang kelak akan sampai pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun