Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penggabungan Kereta Bogowonto dan Senja Utama Solo Berujung Ricuh, Penumpang Butuh Ketegasan Manajemen

25 Februari 2018   09:43 Diperbarui: 26 Februari 2018   12:27 5775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penumpang di Stasiun Pasar Senen. megapolitan.kompas.com | Kompas.com, GARRY ANDREW LOTULUNG

"Plgn yth, perjalanan KA BOGOWONTO (152) dari St. Pasar Senen akan digabung dgn KA SENJA UTAMA SOLO (116) dan akan diberangkatkan pada pkl. 22.00 WIB. Apabila tdk berkenan, tiket dpt dibatalkan dgn pengembalian 100%. Mhn maaf imbas Banjir Losari."

Di atas adalah isi SMS dari KAI121 pada pukul 18.26, tanggal 24 Februari 2018.

Karena sudah di perjalanan menuju Stasiun Pasar Senen, saya memutuskan lanjut saja karena tetap bisa berangkat. Malam itu anak saya akan balik ke Yogyakarta dengan KA Bogowonto tanggal 24 Februari 2018 yang semula dijadwalkan berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 21.45.

Informasi minim

Susana di depan loket stasiun tidak ramai. Mungkin karena sudah ada pemberitahuan keterlambatan pemberangkatan dan kedatangan KA dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi, biar pun ada penundaan (delay), tetap saja ada calon penumpang yang baru datang setelah tanda pemberangkatan KA berbunyi. "Cepat ... cepat ....," Itulah suara yang terdengar dari porter dan petugas sambil memanggil-manggil calon penumpang yang berlari-lari kecil.

Jam menunjukkan pukul 20.00. Belum ada tanda-tanda keberangkatan. Saya memilih duduk di halaman stasiun karena di ruang tunggu petugas keamanan sangat galak dan diskriminatif. Entah apa alasan mereka saya pernah dibentak agar menunjukkan tiket, padahal saya tahu persis di ruangan itu juga banyak pengantar.

Anak saya ambil inisiatif tanya ke petugas di pagar antrian. "Wah, KA-nya masih di Cirebon, Mbak." Karena tidak ada pilihan, saya tetap meminta anak saya bersabar karena kalau ditunda belum tentu juga lancar karena hujan di Jawa Tengah masih turun deras sehingga tetap ada potensi banjir dan longsor yang mengganggu perjalanan KA.

Pukul 22.30 ada pemberitahuan agar calon penumpang Bogowonto dan Senja Utama Solo masuk ke peron 1 dengan menunjukkan boarding pass. Calon penumpang menumpuk di pagar pintu masuk karena calon penumpang dua kereta sekaligus.

Ketika itu belum ada rangkaian kereta di jalur 1. "Papa pulang saja, ini masih lama." Ini WA dari anak saya. Tapi, saya berpikir kalau perjalanan batal saya harus jemput lagi ke Stasiun Pasar Senen. Saya putuskan menunggu sampai anak saya dapat tempat dan kereta berangkat meninggalkan stasiun.

Pukul 23.45. Suara dari pengeras suara berkumandang yang menjelaskan bahwa penumpang KA Bogowonto bisa ikut dengan KA Senja Utama Solo. Yang konyol, seperti kata anak saya, ada pengumuman bagi penumpang KA Bogowonto yang mau membatalkan perjalanan bisa menukarkan tiket dengan uang pengembalian 100 persen.

"Itu benar-benar konyol," kata anak saya. Mengapa tidak diumumkan jauh-jauh sebelum calon penumpang KA Bogowonto disuruh masuk ke peron. Lagipula ada pengumuman yang mengatakan kursi untuk calon penumpang Bogowonto cukup tersedia di KA Senja Utama Solo. Lalu, untuk apa menukarkan tiket kalau toh tetap bisa berangakat. Lagi pula tiket itu kan "naik kelas".

Setelah rangkaian KA Senja Utama Solo berhenti di peron 1 diumumkan bahwa yang lebih dahulu naik adalah calon penumpang KA Senja Utama Solo dan menempati tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket.

Takut tak kebagian kursi

"Duh, suasana ricuh. Semua berebut naik," tulis anak saya di WA. Lebih ricuh lagi di dalam gerbong karena pemegang karcis KA Senja Utama Solo memaksa duduk di kursi yang sesuai dengan nomor di tiket. Memang, dianjurkan agar calon penumpang KA Bogowonto naik di gerbong belakang mulai dari gerbong 5. "Ya, orang-orang takut tidak kebagian tempat jadi rebutan," kata anak saya yang terpaksa ikut desak-desakan naik ke gerbong.

Kalau saja PT KAI sedikit mau memutar otak kan bisa diatur lebih baik. Yang menyesakkan, seperti kata anak saya, petugas di gerbong malah lempar senyum melihat kegaduhan yang terjadi. "Duh, saya tidak habis pikir," kata anak saya lagi tentang ulah petugas-petugas yang dinilainya senang melihat kegaduhan itu.

Misalnya, calon penumapng KA Bogowonto tidak masuk ke peron dulu sebelum semua penumpang KA Senja Utama Solo duduk di kursi masing-masing. Nah, setelah itu baru calon penumpang KA Bogowonto masuk sesuai dengan jumlah sisa kursi di setiap gerbong.

Di gerbong 1, misalnya, ada 10 tempat duduk. Nah, 10 calon penumpang KA Bogowonto yang paling depan di antrean diarahkan ke gerbong 1. Begitu seterusnya. Agar lebih cepat semua pintu dipakai untuk memudahkan cek identitas. KA akhirnya dilepas kepala stasiun pukul 00.00. Kemudian pada pukul 08.45 anak saya kabari dia sedang sarapan di Jalan Malioboro yang memang tidak jauh dari Stasiun KA Tugu Yogyakarta.

Memang, jangankan di KA di kapal terbang pun sering ricuh. Saya bingung orang berebut di pintu naik di bandara. Adalah hal yang mustahil ada penumpang yang tidak kebagian tempat duduk di kabin kapal terbang.

Tapi, kok berdesakan di pintu? Rupanya, banyak penumpang yang membawa barang tentengan menghindarkan timbangan babasi. Tas di pundak kiri dan kanan. Tentengan di tangan kiri dan kanan. Nah, mereka berebut mencari tempat barang di kabin. Maka, ada yang barangnya mulai dari depan sampai belakang.

Kondisinya kian runyam karena orang Indonesia paling malas sedunia untuk antre. Ada saja ulah mereka untuk menerobos antrean. Maka, petugas harus tegas menghadapi penerobos antrean walaupun berlagak bego dan bloon serta memakai baju seragam kesatuan, ormas, dll.... *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun