Yang positif adalah HIV bukan AIDS. HIV adalah virus yang bisa dideteksi di dalam darah melalui teknologi kedokteran di laboratorium. Sedangkan AIDS bukan penyakit tapi kondisi orang-orang yang tertular HIV setelah tertular antara 5-15 tahun.
Disebutkan dalam berita: " .... Sembilan di ataranya laki-laki termasuk waria dan satu lainya ibu rumah tangga." Â
Pernyataan ini seolah-olah tidak ada artinya karena tidak dijabarkan oleh wartawan. Laki-laki beristri adalah pelanggan waria sehingga risiko tertular HIV melalui seks anal dengan waria. Seks anal adalah hubungan seksual dengan risiko penularan HIV yang sangat tinggi. Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga menunjukkan suami mereka melakukan hubungan seksual yang berisiko, al. dengan waria.
Ada lagi pernyataan: Selain sulit memutus mata rantai HIV/AIDS juga untuk mempengaruhi orang yang sudah menjadikan aktifitas menyimpang itu sebuah kebiasaan menjadi kendala.
Apa yang dimaksud dengan aktifitas menyimpang? Lagi-lagi tidak jelas.
Kalau yang dimaksud dengan aktifitas menyimpang adalah 'seks bebas', maka lagi-lagi hanya merupakan mitos. Penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual tapi terkait dengan kondisi hubungan seksual di dalam dan di luar nikah, yaitu: salah satu atau kedua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali terjadi hubungan seksual.
Selama informasi HIV/AIDS dibalut dengan norma, moral dan agama maka selama itu pula fakta-fakta medis tentang HIV/AIDS tidak jelas karena yang muncul hanya mitos. Itu artinya penyebaran HIV di masyarakat akan terus terjadi yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *
Ba'a, Pulau Rote, NTT, 9/1-2018