Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Kota Bogor, yang Berkeliaran Sebarkan AIDS bukan Gay, tapi Laki-laki Heteroseksual

3 Januari 2018   08:26 Diperbarui: 3 Januari 2018   08:40 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.nationnews.com)

Di lead berita disebutkan: Tak dapat dimungkiri, di era yang semakin modern banyak pria maupun wanita mengalami penyimpangan seksual. Bahkan, tak sedikit yang sudah menikah akhirnya memutuskan bercerai.

Penanggulangan di Hilir

Pernyataan ini tidak relevan karena kalau yang dimaksud media ini penyimpangan seksual adalah gay, maka perilaku homoseksual sudah dikenal sejak zaman Nabi Luth. Lagi pula tidak ada kaitan langsung antara era modern dengan penyimpangan seksual.

Pertanyaan yang sangat mendasar untuk "Radar Bogor" adalah: Apakah laki-laki beristri yang berzina, dengan pekerja seks komersial (PSK), dengan sesama laki-laki (disebut LSL-Lelaki Suka Seks Lelaki) dan dengan waria, tidak termasuk penyimpangan seksual?

Karena berita itu dikemas dengan balutan moral dan wartawan menemapatkan diri sebagai 'polisi moral', maka sudut pandang pun hanya pada gay sehingga laki-laki heteroseksual, terutama yang beristri, yang berzina tidak dikategorikan sebagai penyimpangan seksual.

Terminologi penyimpangan seksual adalah dari sudut norma, moral, agama dan hukum, sedangkan dari sisi seksualitas tidak ada yang menyimpang karena semua dilakukan sebagai penyaluran libido seksual.

Orientasi seksual tidak muncul tiba-tiba. Belum ada penjelasan yang komprehensif secara ilmiah penyebab homoseksual (lesbian, gay, biseksual, waria disingkat LGBT). Terjadi silang pendapat.

Sejak epidemi HIV/AIDS merebak yang diusung adalah upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS melalui semua orientasi seksual (heteroseksual, biseksual dan homoseksual). Celakanya, di Indonesia program penanggulangan yang konkret hanya anjuran tes HIV dan tes HIV bagi ibu hamil.

Program tes HIV itu ada di hilir sehingga insiden infeksi HIV baru di hulu, terutama pada laki-laki dewasas melalui hubungan seksual dengan PSK terus terjadi yang pada gilirannya ditulakan secara horizontal di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Penyebaran HIV yang tidak terdeteksi merupakan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. Inikah yang kita tunggu? Soalnya, tidak ada program yang konkret di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan PSK. (Catatan: yang ditularkan adalah HIV bukan AIDS, pemakaian kata AIDS pada judul berita untuk memudahkan pembaca menangkap makna judul tuisan). *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun