Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pos Indonesia, Kok Keok di "Core Business"?

12 Oktober 2017   20:52 Diperbarui: 13 Oktober 2017   10:32 5089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu pula dengan cap pos dengan nama terminal bus, pelabuhan laut dan bandara akan bernilai tinggi dari aspek filatelis. Tentu saja Pos harus menyediakan warkat pos dan kartu pos yang sudah memamai prangko. Bisa saja dibuat per regional agar tidak banyak variasi. Misalnya, Indonesia, ASEAN, Asia, dst. Di tempat-tempat itu juga harus disediakan Bis Surat yang memudahkan konsumen mengirim surat.

Kode pos nasional pun kurang memasyarakat karena mengabaikan nama daerah yang khas karena kode pos berpatokan pada nama ibu kota kabupaten [Kode Pos (di) Indonesia Tidak Merakyat!].

Sudah saatnya Pos meningkatkan minat masyarakat untuk kembali berkirim surat. Dulu dikenal korespodensi, al. pertemanan melalui surat-menyurat yang memunculkan klub-klub persahabatan melalui berkirim surat, seperti 'Sahabat Pena'. Sampai ada majalah "Merpati Pos" terkait dengan korespondesi.

Mendorong masyarakat kembali menggemari korespondensi selain menghidupkan Pos juga besar artinya dalam meningkatkan kemampuan menulis sehingga mendorong minat baca. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun