Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kepulauan Riau Menjadi Kawasan Transit HIV/AIDS?

11 Oktober 2017   07:38 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:36 3335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: istimewa Tribunnews Batam

Lebih lanjut Manalu mengatakan, "Tidak kita pungkiri, Kepri, Batam khusus adalah merupakan daerah tujuan yang eksostis untuk mencari hiburan. Apalagi rentang kendali dengan Singapura dan Malaysia hanya hitungan menit."

Lagi-lagi masalah bukan pada turis, tapi warga lokal. Turis-turis yang mencari pemuasan seks itu melakukan hubungan seksual dengan PSK di Batam, misalnya. Lalu, warga ngeseks pula tanpa kondom dengan PSK. Ini akar masalah bukan karena letak geografis dan turis.

Istri simpanan
Seorang dokter di Batam disemprot seorang perempuan muda yang memakai penutup kepala, "Dokter jangan sembarangan, kami tidak pernah begituan (maksudnya melacur-pen.)," kata dokter tadi menirukan umpatan pasiennya yang terdeteksi mengidap IMS (infeksi menular seksual). Dokter itu kian bingung karena adik perempuan tadi juga mengidap IMS yang sama. Setelah berbincang ketahuan bahwa dua perempuan kakak-beradik itu jadi istri seorang laki-laki warga Malaysia.

Gambaran HIV/AIDS dan IMS di kalangan PSK di Batam, di awal tahun 2000-an, bisa disimak dari pengalaman seorang dokter di sebuah tempat pelacuran. Tidak sedikit PSK yang berobat ditemukan lebih dari dua jenis IMS. Bahkan, ada PSK yang mengidap lima jenis IMS. Ada sifilis (raja singa), GO (kencing nanah), jengger ayam, klamidia, dan virus hepatitis B. "Saya, bingung, Bang, mana yang duluan saya obati," kata dokter tadi ketika itu. Bukan itu saja. Selama pengobatan mereka tetap melayani tamu sehingga bisa saja terjadi lagi penularan IMS baru.

Nah, perempuan tadi juga sudah termakan mitos yang selalu mengaitkan HIV/AIDS dan IMS dengan hubungan seksual di luar nikah, terutama pelacuran. Mitos inilah salah satu biang keladi insiden infeksi HIV baru di Indonesia karena banyak laki-laki 'hidung belang' yang merasa tidak berisiko tertular HIV dan IMS karena mereka tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran.

Manalu dan Doli menyebutkan langkah penanggulangan HIV/AIDS dengan sosialisasi. Ini sudah dilakukan sejak awal epidemi HIV di Indonesia. Kalau hanya dengan sosialisasi hasilnya nol besar karena:

  • Dibutuhkan waktu yang panjang untuk menyadarkan orang per orang agar tidak melakukan perilaku berisiko tertular HIV,
  • Pada rentang waktu menerima sosialisasi sampai ada kesadaran bisa saja ada di antara yang menerima sosialisasi itu melakukan perilaku berisiko tertular HIV.

Tidak dijelaskan oleh Manalu apa dan bagaimana penanggulangan HIV/AIDS secara extra ordinary. Yang diperlukan adalah penanggulangan di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanhya menurunkan, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan PSK. Ini bisa dilakukan melalui intervensi yaitu memaksa laki-laki memakai kondom setiap kali ngeseks dengan PSK.

Tapi, karena praktek PSK tidak dilokalisir maka intervensi pun tidak bisa dilakukan. Itu artinya penyebaran HIV/AIDS di Kepri akan terus terjadi yang merupakan 'bom waktu' yang kelak ditandai dengan 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun