Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deteksi Dini HIV/AIDS di Kota Depok adalah Penanggulangan di Hilir

24 September 2017   10:56 Diperbarui: 24 September 2017   11:05 1796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upaya pencegahan bahaya HIV/AIDS terus dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok. Salah upaya itu adalah dengan melakukan kegiatan deteksi HIV/AIDS melalui layanan mobile Voluntary Counseling and Testing (VCT) secara intensif. Ini lead pada berita "Kota Depok Gencar Lakukan Deteksi Dini HIV/AIDS" (republika.co.id, 6/9-2017). Catatan Dinkes Kota Depok menunjukkan ada 600 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi (rakyat-jabar.com, 2/12-2016).

Ada beberapa hal yang tidak pas dalam berita ini.

Pertama, dalam kaitan epidemi HIV/AIDS bukan pencegahan bahaya HIV/AIDS tapi pencegahan penyebaran atau penularan HIV (baru) dari orang ke orang di Kota Depok. Risiko penularan HIV ke warga Kota Depok al. terjadi melalui perilaku berisiko dalam hubungan seksual, yaitu:

Perilaku Berisiko

(1) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, tanpa memakai kondom di dalam ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.

(2) Perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, di dalam ikatan pernikahan yang sah dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu di antara laki-laki tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.

(3) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, di luar ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu di antara prempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.

(4) Perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, di luar ikatan pernikahan yang sah dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu di antara laki-laki tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.

(5) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan waria. PSK dikenal ada dua tipe, yaitu:

(a) PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(b) PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat plus-plus, 'artis', 'spg', cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, ibu-ibu rumah tangga, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Bom Waktu

Yang jadi masalah besar adalah semua perilaku di atas bersifat pribadi sehingga tidak bisa dilakukan intervensi (Lihat Gambar 2). Hanya pada perilaku nomor 5 b yang bisa dilakukan intervensi dengan catatan transaksi seks yang melibatkan PSK langsung dilokalisir yaitu dengan memaksa laki-laki memakai kondoms setiap kali ngeseks dengan PSK.

Tentu saja hal itu (melokalisir pelacuran) sangat mustahil karena sejak reformasi ada gerakan massal di semua daerah yang menutup tempat-tempat rehabilitasi dan resosialiasi (Resos) PSK. Maka, praktek transaksi seks yang melibatkan PSK langsung dan tidak langsung pun berjalan di bawah tanah sehingga tidak terdeteksi. Bahkan, komunikasi melalui jaringan telepon dan Interenet yang memanfaatkan media sosial dan telepon pintar.

Kedua, disebutkan pencegahan dengan kegiatan deteksi HIV/AIDS. Lagi-lagi ini tidak pas karena deteksi HIV, melalui tes HIV, dilakukan kepada warga yang ada di antara mereka yang sudah tertular HIV. Artinya, deteksi dini itu adalah kegiatan di hilir (Lihat Gambar 1).

Yang diperlukan adalah pencegahan di hulu agar insiden infeksi HIV baru, khususnya pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK langsung, bisa diturunkan. Sekali lagi hanya bisa diturunkan atau dikurangi karena adalah hal yang mustahil menghentikan insiden penularan HIV karena bisa saja perilaku berisiko dilakuka warga Kota Depok di luar Kota Depok bahkan di luar negeri.

Bahwa deteksi dini merupakan langkah di hilir artinya warga Kota Depok yang sudah tertular HIV bisa disimak dari pernyataan Kepala Bidang Penanganan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Kota Depok, Rani ini: "Diharapkan dengan adanya mobile VCT, penderita HIV/AIDS dapat tertangani sedini mungkin,"

Dikatakan pula oleh Rani bahwa "Sebelum pemeriksaan, kami beri penyuluhan terlebih dahulu, kemudian warga yang hadir dapat mengikuti pemeriksaan HIV/AIDS."

Yang jadi pertanyaan adalah: Apakah semua yang hadir menjalani tes HIV?

Soalnya, tidak semua orang berperilaku yang berisiko tertular HIV, kecuali ibu-ibu rumah tangga yang hamil perlu tes HIV karena bisa saja ada suami mereka yang melakukan perilaku berisiko tertular HIV.

Maka, salah satu langkah penanggulangan yang efektif adalah Pemkot Depok dan DPRD Kota Depok membuat peraturan daerah (Perda) yang mewajibkan suami seorang ibu rumah tangga yang hamil untuk menjalani konseling HIV yang dilanjutkan dengan tes HIV jika terbukti perilaku suami berisiko tertular HIV. Jika suami terdeteksi HIV-positif barulah istrinya yang hamil menjalani tes HIV. Kalau hasilnya positif, maka dokter akan menangani si ibu hamil agar risiko penularan secara vertikal ke bayi yang dikandungnya bisa ditekan sampai nol persen.

Selama Pemkot Kota Depok tidak menjalankan pencegahan di hilir, al. melalui hubungan seksual antara warga laki-laki dewasa dengan PSK, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru akan terjadi. Pada gilirannya laki-laki dewasa yang tertular HIV akan jadi mata rantai penyebatan HIV di Kota Depok terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

 Penyebaran HIV bagaikan 'bom waktu' yang kelak menyebabkan 'ledakan AIDS." *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun