Mohon tunggu...
Salman
Salman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Negara Indonesia yang baik hati

Presiden Golput Indonesia, pendudukan Indonesia yang terus menjaga kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama, Riwayatmu

1 Desember 2017   14:47 Diperbarui: 1 Desember 2017   15:01 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika teknologi mampu menjawab semua permasalahan kehidupan, saat itu manusia telah membuat tuhannya sendiri. (Salman, 2017)

Mari kita mulai topik ini dengan ungkapan yang populer, ungkapan yang sering kita dengar sehari-hari dan kita yakini kebenarannya : di dunia ini  tidak ada yang abadi. Ada lagi yang melanjutkannya menjadi : di dunia ini tidak ada yang abadi, yang abadi hanyalah perubahan. Saya suka menggunakan ungkapan yang terakhir ini, ungkapan yang merangsang otak untuk berpikir, silahkan berpikir untuk memahami ungkapan terakhir ini.

Kemudian kita lanjutkan menjadi sebuah pertanyaan, apakah agama itu abadi? Apakah agama yang kita peluk ini abadi?

Ok, sebelum melanjutkan lebih jauh. Kita perlu membuat suatu definsi sebagai istilah tentang kepunahan suatu agama. Penting untuk kita membuat standar bagaimana kita mengatakan bahwa agama itu sudah punah, agar kita bisa satu pemikiran. Agama kita katakan punah jika pengikutnya atau yang mempercainya sudah tidak ada lagi. Itu saja ya.

Adakah agama yang punah? Kita akan mendapatkan jawabannya dengan bantuan om google. Setidaknya ada tujuh agama yang sudah punah. Mau tahu agama apa saja? Silahkan digoogling "agama yang punah".

Baik, sampai di sini kita bisa ambil kesimpulan dan menjawab pertanyaan di atas bahwa agama tidak abadi dan agama yang Anda yakini atau peluk saat ini bisa saja punah. Saya yakin Anda tidak akan setuju dengan pernyataan saya ini, anda akan membantahnya dengan argumentasi yang lemah, argumentasi yang didasari oleh keyakinan, argumentasi mengesampingkan kebenaran. Tapi inilah kenyataannya bahwa setiap awal ada akhir.

Oke, mari kita pakai data. Menurut survei international Gallup terhadap lebih dari 50.000 responden di 57 negara jumlah orang yang mengklaim dirinya religius turun dari 77% menjadi 68 % antara tahun 2005 hingga 2011, sementara mereka yang mengatakan diri sebagai ateis meningkat 3%. Diperkirakan jumlah orang yang tidak percaya pada agama sekitar 13%. (sumber : http://www.bbc.com/indonesia/vert_fut/2015/05/150518_vert_fut_agama)

Berita terbaru dari negara seperti Jepang, Korea selatan, dan Jerman. Negara yang menjadi rujukan dunia untuk hal-hal tertentu, sekarang memiliki kepercayaan terhadap terendah di dunia. Dan sangat mungkin apa yang terjadi di negara tersebut akan menyebar ke seluruh dunia.

Lebih lanjut, survey di atas menjelaskan bahwa negara-negara yang tingkat keamanan, baik aman dari segi ekonomi, politik dan lingkungan yang tinggi memiliki tingkat religiiusitas yang rendah. Sedangkan negara-negara yang kekhwatirannya lebih tingkat tinggi, religiusitasnya juga tinggi. Di sini kita bisa melihat bahwa agama adalah tempat orang mencari perlindungan dari rasa takut. Ketika seseorang mendapatkan "keamanan-keamanan" yang menjadi impian dan harapannya, orang cenderung merasa tidak membutuhkan tuhan lagi.

Dalam perspektif saya, pendidikan juga berpengaruh terhadap kepecayaan dengan agama, semakin baik pendidikan seseorang maka kemungkinan akan semakin jauh dari keagamaan lebih besar. Orang yang berpendidikan bukan tipe orang yang asal percaya terhadap sesuatu. Bagi saintis atau ilmuwan yang berpaham kemurnian, agama tidak bisa dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan. Bahkan mereka meniliti mengapa orang beragama. Dalam penelitian terbarunya, agama seperti sebuah produk kebudayaan  yang dijalankan turun temurun, menurut peniliti, Jika peniliti sudah berpikir begini, kemungkinan besar dia kepercayaannya luntur.

Saya melihat di masa depan, ilmuwan adalah musuh dari agama. Orang-orang yang terus berpikir dan terus mencari   jawaban dari hal-hal yang belum bisa dijelaskan oleh agama, akan dijelaskan oleh ilmuwan. Mulai dari sosok hantu, roh dan sebagainya, sudah banyak dilakukan penelitiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun