Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dampak Positif Musim Kemarau

14 Oktober 2019   12:21 Diperbarui: 16 Oktober 2019   00:40 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Subang, Musim kemarau dan hujan itu siklus kehidupan alam semesta menjaga keseimbangan dan mata rantai kehidupannya. Tanpa itu akan berdampak kekacauan isi alam semesta.

Salah satu dampak yang ditimbulkannya seperti hama dan penyakit yang berkembang biak tanpa terkendali yang berujung merusak tatanan alam semesta.

Namun paling parah kerusakan disebabkan bertambahnya populasi penghuni planet yang berakal, beragama, berkeyakinan, berilmu pengetahuan namun paling serakah mulai mengacak-acak tatanan alam semesta seperti perusakan hutan, penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan, dan lainnya.

Dengan berbagai dalih seperti tuntutan kehidupan dan meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik, namun harus kah dengan merusaknya?

Tak tahulah, saya bukan ahlinya. Saya hanya akan menulis dampak positif kemarau panjang yang terjadi di kebun dimana saya sekarang sedang jadi buruhnya. 

Luas kebun 6 HA, berisi aneka jenis buah2an seperti durian, petai, rambutan, cempedak dan lainnya. Lokasi tepatnya dipinggir desa Cimayasari, Kec. Cipeundeuay, Kab. Subang.

Kebun Buah2an Subang. Dok. Pribadi
Kebun Buah2an Subang. Dok. Pribadi
Saya mulai memburuh sejak bulan Mei 2018 saat sedang masuk musim kemarau dan dipertengahan bulan September 2018 sudah masuk musim penghujan. Kerja buruh kebun sudah saya lakoni satu setengah tahun dan kebetulan suka asal menulis. 

Pohon Durian sedang Berbuah. Dok. Pribadi
Pohon Durian sedang Berbuah. Dok. Pribadi
Buah Durian Muda. Dok. Pribadi
Buah Durian Muda. Dok. Pribadi
Buah Duren Muda. Dok. Pribadi
Buah Duren Muda. Dok. Pribadi
Tiba di musim kemarau tahun ini (2019) saya rasakan cukup ekstrim, begitu terik dengan hembusan angin berasa panas dan sering terjadi angin kencang yang datang secara bergelombang.

Rumput kering, ranting-ranting merangas, daun-daun kering berserakan, tanah retak-retak dan danau di sebelah kebun pun susut dratis dan musim kemarau pun jadi inspirasi syair lagu oleh Mochamad Noor Arumbinang, Judul:

KEMARAU  
Tiada ranting yang rimbun daun pun berguguran mata air pun kering tiada titik embun turun saat itu, kemarau yang datang hati gersang dan berdebu curah hujan tiada turun membasahi jiwa ini tiada pohon yang rindang tempat berteduh diri air mata pun kering suara hati pun membisu saat itu, kemarau yang datang cita hati trasa sendu cahya mentari trasa panas menyinari jiwa ini. Kapankah mendung datang mengalun mengusir kemarau kali ini tapi sabarlah diri menanti pasti kemarau pergi berganti (dari album Jakarta-Jakarta, Grup Prambors Band, Produksi D/D Record).

Syair lagu tersebut mewakili keadaan kebun yang saya kelola, tentu kemarau tahun ini sudah diantisipasi sedari awal seperti perbaikan sarana irigasi, menambah pompa air dan torrennya.

Di sekeliling pohon dibuat lingkaran lebarnya disesuaikan dengan besar kecilnya pohon, fungsinya untuk menampung air siraman lalu ditutup dedaunan kering untuk menjaga kelembaban dan menghemat pemakaian air namun tetap saja tumbuh kembang terganggu. 

Menyiram. Dok. Pribadi
Menyiram. Dok. Pribadi
Walau tahun ini musim kemarau ekstrem namun saya merasakan cukup membawa berkah, berdasar pengamatan secara kasatmata, bunga-bunga yang bermekaran dan bakal buahnya cukup baik dan jarang yang rontok demikian pula aman dari serangan hama dan penyakitnya.

Seperti hama lalat buah, penggerek batang, ulat daun dan kutu kebul, demikian pula penyakit seperti karat daun, busuk batang dan lainnya pada tiarap. 

Dan di sisi lain di kala kekurangan asupan air karena kemarau, pohon buah-buahan akan merasa akan 'mati' lalu secara naluriah akan berbunga dan berbuah, tujuan untuk meneruskan garis keturunannya.

Rambutan Binjai sedang Berbunga. Dok. Pribadi
Rambutan Binjai sedang Berbunga. Dok. Pribadi
Buah Rambutan. Dok: Pribadi
Buah Rambutan. Dok: Pribadi
Demikian pula pohon rambutan seperti rafiah, binjai, dan lebak kini berbuah, namun kali ini memprihatinkan dikarenakan kemarau panjang terlihat dedaunanya rontok.

Rantingnya merangas dan bisa diduga hasil buahnya kurang memuaskan dikarenakan dedaunannya rontok jadi suplay makanan ke buah berkurang, mudah-mudahan di akhir bulan Oktober ini ada hujan. 

Buah Petai. Dok. Pribadi
Buah Petai. Dok. Pribadi
Cempedak. Dok: Pribadi
Cempedak. Dok: Pribadi
Tentu penyiraman terus bergulir dari satu pohon ke pohon lainnya, setiap hari mulai pukul 05.30 hingga 16.30 WIB diselingi waktu istirahat dan pekerjaan lainnya, namun bagi saya menyiram pekerjaan yang penuh kesabaran dan membosankan. 

Kapankah mendung datang mengalun mengusir kemarau kali ini tapi sabarlah diri menanti pasti kemarau pergi berganti. 

Kompasianer atau Admin K ada yang mau mampir dan petik buah langsung di kebun sila tinggalkan komentar. (SS)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun