Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Cara Atasi Momok Cabe

7 Agustus 2017   22:19 Diperbarui: 7 Agustus 2017   23:10 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Tumpang Sari Foto Pribadi

Purwokerto, Minggu, 6/8/17, pukul 07.00 WIB cuaca cerah dengan langit biru menemani laju motor butut saya melaju ke lokasi budidaya palawija lain daripada yang lain ungkap si pemiliknya, membuat saya penasaran.

Sekitar pukul 7.30 WIB tiba di lokasi lahan di desa Kebumen Baturraden, saya disambut hangat pemiliknya namanya Roso (54), lantas di ajak masuk dan seketika mata saya terpesona hijau rimbun dedaunan kacang panjang, pare, buncis sedang di bawahnya tanaman kacang panjang dan kangkung bersatu padu alias tumpang sari.Buahnya pun bergelantungan, suatu pemandangan yang sedap di mata, apalagi segarnya hembusan angin tak berpolusi. sungguh damai menikmati karunia Gusti Pinangku Jagat Raya

Lantas saya amat amati di setiap tanamanya mulai dari pangkal batang hingga pucuk2 yang menjulur di parapara, Ia mengungkapkan "Ini tanpa pupuk dan pestisida pabrikan, aku andalkan pupuk kandang!" ungkapnya. Lalu saya bertanya "Kenapa dedaunan yang terletak di pangkal batang tidak dikurangi?" tanya saya heran, Ia berpendapat "Daun bawah jangan dirempel, cukup buang trubusan (ranting cabangnya) biar nanti rontok sendiri" sembari tangannya dengan lincah memotong ranting2 pohon parenya.

Adu argumen terjadi menurut pendapat saya dan petani pada umumnya bila dedaunan bagian atas lebat, daun bagian bawah di rempel istilah wong Banyumas 'Di cewoki' supaya berbuah maksimal, namun Ia besikukuh lebih baik ranting or cabang2nya yang di buang.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dan ketika saya memetik kacang panjang, Ia berujar "Petik kacang panjang dengan tangkainya!".

Adu argumen pun terjadi, ia tetap bersikukuh bahwa lebih baik petik kc pnjang dengan tangkai2nya dan daun2 bawah jangan dibuang, hal tsb sudah teruji dan terbukti panen kc pjang bisa hingga 22x dan buah parenya lebat dan besar2. Ia membuktukan bila satu tangkai kc pnjang dipotong maka akan cepat bertangkai bunga lagi.

Ketika saya tanya cara atasi hama 'banci', Ia malah menunjukkan bercak2 hitam di tangkai bunga kc pnjang "Ini sudah pada mati, kering" ujarnya bangga, tanpa sadar sy usap dan benar kering.

Ia mengungkapkan "Cukup semprot dengan dua genggam abu dapur di campur air lalu saring, beres" ungkapnya.

Lantas saya tanya sembari menunjukkan buncis dan daun2 yang dimakan ulat, "Cukup pakai cap dua jari dan injak kaki" Ia menuturkan setiap hari, kira2 pkl 15.00 hingga 17.30 Ia sidak disetiap dedaunan bila ada hama kecil2 dibunuh dengan dua jarinya, dan di injak bila hamanya besar. dan ketika saya tanya cara mengatasi penyakitnya, Ia mengungkapkan "Semprot pakai air bersih hingga basah kuyup" ungkapnya. Ia yakin air hujan or gerimis penyebab timbulnya berbagai penyakit.

Ia pun mengajak saya melihat pohon cabe rawit berumur 1,5 tahun, saya lihat masih subur dan berbuah cukup banyak. lalu saya tanya cara mengatasi Pathek, "Rontok buahnya hingga buah yang paling kecil nanti akan buah lagi dan tidak terkena patek lagi dan setelah itu semprot air bersih (sumur)" ungkapnya.

Kita tahu penyakit 'Pathek' momok menakutkan bagi petani cabe, dua langkah Ia lakukan tindakan semprot air bersih hingga basah kuyup di setiap sehabis terpapar hujan or gerimis dan kedua rontok habis buahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun