Mohon tunggu...
Indri Pratiwi
Indri Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa STEI BINA MUDA BANDUNG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Sebuah Pengorbanan

15 April 2021   13:08 Diperbarui: 15 April 2021   13:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat di hari ketiga di bulan Ramadhan, hujan semakin sering membasahi daratan di daerah rumahku. Entahlah, aku juga tak tau pasal yang menyebabkan air-air rahmat itu sangat sering mendatangi daerah kami. 

Apa mungkin karena memang pada saat itu sedang musim penghujan, atau memang karena mendekati bulan kemenangan, maka Allah juga turut mencurahkan rahmat-Nya 'lewat hujan-. 

Yang aku tahu hanyalah, sebentar lagi hari kemenangan dari belenggu-belenggu syaitan akan segera tiba. Aku tersenyum puas ketika aku yakin bahwa aku pasti akan dapat ikut sholat 'Ied di hari raya ummat muslim tersebut.

Aku ingat bahwa hari itu adalah hari Senin, dua hari sebelum takbir kemenangan dikumandangkan. Sesuatu yang mungkin telah menjamur di keluargaku adalah, jika ada rezeqi, aku dan keluargaku akan membeli sesuatu yang baru untuk menyambut Idul Fitri. Menurutku ini suatu hal yang tak begitu berlebihan. Kami hanya membeli sesuatu yang kami butuhkan. Lebih dari itu, kami tak akan membelinya. Begitu juga dengan aku, aku membutuhkan banyak perlengkapan untuk keperluan pribadiku. Dan malam itu juga, aku mengajak kakakku untuk berbelanja di sebuah pasar murah yang berada tak jauh dari tempat tinggal kami. Beliau mengiyakan ajakanku setelah sebelumnya berfikir sejenak untuk menuruti ajakanku, karena daerah kami baru saja diguyur hujan.

Sepanjang jalan, aku memerhatikan apa saja yang ada di hadapanku. Ada penjual kue, ada penjual bunga hias, bahkan tak sedikit toko-toko yang menawarkan buka hingga 24 jam. 

Subhanallah... ucapku dalam hati. Begitu banyak aktivitas yang dilakukan untuk menyambut hari raya Idul Fitri ini. Namun, bagaimana dengan ibadah mereka? bagaimana dengan tarawih mereka? Tadarus mereka? Apa mereka tak melakukan semua itu? 

Ah, mungkin saja mereka akan melakukannya seusai mereka mencari nafkah di malam mendung seperti ini. Hiburku dengan hatiku yang sedari tadi bertanya-tanya tanpa tahu jawaban sebenarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun