Mohon tunggu...
Indri Ngesti
Indri Ngesti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aktivis Muslimah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembelajar Perindu Surga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik Penghapusan Pelajaran Sejarah

25 September 2020   08:17 Diperbarui: 25 September 2020   08:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana membuat mata pelajaran sejarah menjadi tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat. Di kelas 10, sejarah digabung dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sementara Bagi kelas 11 dan 12 mata pelajaran sejarah hanya masuk dalam kelompok peminatan yang tak bersifat wajib.

Hal itu tertuang dalam rencana penyederhanaan kurikulum yang akan diterapkan Maret 2021. CNNIndonesia.com memperoleh file sosialisasi Kemendikbud tentang penyederhanaan kurikulum dan asesmen nasional.( www.cnnindonesia.com,18/09/2020)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turut menanggapi polemik akan dihapuskannya mata pelajaran sejarah dalam penyederhanaan kurikulum yang tengah dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Wacana ini menimbulkan polemik di kalangan masyarakat pendidikan, terutama guru, dan akademisi.

Komisioner Bidang Pendidikan, KPAI, Retno Listyarti menilai wacana untuk menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai pilihan (tidak wajib) di jenjang SMA, bahkan menghapus di jenjang SMK adalah tidak tepat. Semua anak, menurut Retno, baik di jenjang SMA ataupun SMK berhak mendapatkan pembelajaran sejarah dengan bobot dan kualitas yang sama.( www.medcom.id, 20/09/2020)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merespons wacana pelajaran sejarah tidak masuk kurikulum wajib bagi siswa SMA dan sederajat.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno menegaskan bahwa kabar pelajaran sejarah akan keluar dari kurikulum tidak benar.

"Rencana penyederhanaan kurikulum masih berada dalam tahap kajian akademis" ujar Totok.

Namun ia mengatakan penyederhanaan kurikulum masih tahapan awal karena membutuhkan proses dan pembahasan yang panjang. (www.cnnindonesia.com,19/09/2020)

Meski akhirnya direvisi, masyarakat perlu faham bahwa rencana penyederhanaan kurikulum berefek tidak wajibnya pelajaran sejarah utk SMA/K adalah berbahaya karena bisa menghilangkan memori tentang jasa ulama bagi negeri, menghapus tragedi kekejaman PKI dll. Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah merupakan nilai karakter nyata dan teladan bagi generasi muda. Pembelajaran sejarah juga dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya para pendahulu, memberikan perspektif dan ukuran untuk menilai perjalanan bangsa

Perlu juga menyadari bahwa sejarah memiliki arti penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Karenanya bila negeri ini mau bangkit menyongsong kejayaan mestinya bersiap merekonstruksi pelajaran sejarah bukan justru menghapuskannya dari kurikulum. Sejarah tentang jejak Islam dan khilafah di negeri ini yang terbukti membawa pengaruh kemajuan di Nusantara semestinya diajarkan agar mampu mendapatkan kemajuan. Bukan malah ditutupi dan keberadaannya dimusuhi.

Sejarah merupakan pendidikan (Ma'uidzah) Allah terhadap kaum muslimin, sebagai peringatan dalam menjalani sunnah Rasul. Pelajaran yang Allah berikan dengan tujuan melahirkan sosok ummat yang memiliki kualitas mu'min, mujahid, istiqomah, shalihun dan shabirun. Ummat yang memiliki kualitas seperti ini baru bisa diperoleh melalui interaksi dan keterlibatan diri secara langsung dalam harakah perjuangan secara total.

Dalam surat al-A'rf ayat 176, Allah swt berfirman yang artinya sebagai berikut :

"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir."

Dengan sejarah umat Islam dituntut untuk berfikir, dalam arti menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan peringatan untuk menentukan langkah berikutnya dari suatu kesinambungan risalah dalam menggapai tujuan li 'ila kalimatillh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun