Mohon tunggu...
Indrie NER
Indrie NER Mohon Tunggu... Wiraswasta - Keep Writing

Kebaikan harus istiqomah dijalankan

Selanjutnya

Tutup

Money

"Angin Segar" Ekonomi Indonesia Pasca Pemilu AS? (Part 2-End)

10 November 2020   16:09 Diperbarui: 11 November 2020   10:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Melanjutkan tulisan opini yang telah ada sebelumnya, terkait kebijakan ekonomi Presiden AS terpilih Joe Biden pada kebijakan yang kedua yaitu keberadaan trade war. 

Dalam Trade War AS akan mengajak sekutunya untuk melakukan perang dagang langsung dengan Cina yang saat ini mendominasi pasar dunia. Persaingan akan semakin sengit terjadi. Ambisi AS untuk menjadi negara yang mendominasi pasar masih sangat besar.

Dalam kebijakan Trade War ini, Indonesia masih berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Indonesia berada posisi negara tujuan produksi atau pasar. 

Jumlah penduduk yang banyak dan tingkat konsumsi yang tinggi akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang diperebutkan menjadi pangsa pasar produk Cina dan AS. Maka dalam kebijakan Trade War ini Indonesia hanya akan menjadi medan pertempuran dalam perang dagang.

Kebijakan Biden selanjutnya yaitu Buy America Plan, dengan menaikkan standar 51 persen local content untuk produk Made in America, Pengadaan infrastruktur akan menggunakan produk AS yang diproduksi di AS  serta Clean energy, rejoin Paris Agreement tidak akan berpengaruh banyak bagi perekonomian Indonesia. Pada kebijakan ini orientasi Biden ingin meningkatkan konsumsi lokal dan cleaning environment sehingga tidak terjadi kerusakan alam di AS.

Kebijakan keempat, yang dipandang sebagian besar ekonom harus dimanfaatkan Indonesia adalah menaikkan corporate tax menjadi 28 persen (dari 21 persen), minimum tax untuk perusahaan di luar AS, agar perusahaan-perusahaan di luar AS tidak masuk safe heaven dan cenderung bisa menginvestasikan ke negara berkembang. Para ekonom melihat ada peluang AS untuk memasukan investasi ke Indonesia, oleh karenanya banyak masukan untuk pemerintah untuk mengkondusifkan iklim investasi tanah air.

Benarkah investasi AS akan membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia ? Mari sejenak kita flasback pada dekada 1990 an, ketamakan telah mendorong perusahaan-perusahaan Amerika Serikat untuk melakukan relokasi produksinya di luar negeri ke negara-negara yang perangkat hukumnya lemah, tingkat upah rendah, dan buruh dapat bekerja selama 12 jam per hari. Karena ketatnya aturan perburuhan, upah minimum dan hak-hak buruh dalam pekerjaan di Barat, praktek ini dinilai terlalu memakan biaya dari laba perusahaan. 

Kapitalisme membentuk pola pikir yang hanya mempedulikan perolehan laba. Hanya ada sedikit perhatian yang dicurahkan pada penderitaan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kebijakan yang diambil. 

Dalam mencari laba, perusahaan-perusahaan multinasional tidak segan-segan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada tanpa memeperhatikan kelestariannya. Hal ini dikarenakan ruh dalam menjalankan ekonomi adalah hanya untung semata atau ketamakan, sehingga yang terjadi adalah ekploitasi. 

Hemat penulis investasi adalah model "penjajahan gaya baru" untuk menjadikan obyek sangat bergantung pada subyek yaitu investor. Akankah ini masih disebut dengan angin segar ??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun