Mohon tunggu...
Indriati Yulistiani
Indriati Yulistiani Mohon Tunggu... Dosen - Mantan jurnalis televisi yang kini mendedikasikan diri sebagai pendidik dengan menjadi trainer dan dosen di Universitas Esa Unggul

Akademisi dari Universitas Esa Unggul yang berlatar jurnalis televisi. Memiliki hobi membaca dan menjelajah hal-hal baru ataupun berbagai tempat baru.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Gaslighting dengan Intimidasi dan Manipulasi Komunikasi

29 Agustus 2022   01:25 Diperbarui: 1 September 2022   02:45 1965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesepian. (sumber: SHUTTERSTOCK/evrymmnt via kompas.com)

Setiap komunikasi pada dasarnya memiliki suatu model tertentu. Di dalam setiap model komunikasi tentu ada penekanan yang membedakannya dari model komunikasi lainnya. 

Pada model komunikasi Harold Laswell (McQuail, 2010), proses komunikasi terdiri dari beberapa komponen sebagai pembentuknya, yaitu komunikator, pesan, komunikan, medium dan dampak. Setiap komponen memiliki peran yang berbeda, namun menghasilkan suatu dampak. 

Dalam hal ini dampak yang muncul adalah pola komunikasi gaslighting. Untuk melihat bagaimana komunikasi yang ada di antara gaslighter dengan korbannya, mari kita lihat komponen-komponen pembentuk komunikasi.

Komunikator, dalam komunikasi gaslighting biasa disebut sebagai gaslighter. Komunikator memegang peranan yang sangat penting. Biasanya mereka adalah orang-orang yang berada dalam posisi yang lebih dominan. 

Dengan demikian, mereka memiliki kekuasaan terhadap korbannya. Gaslighter melakukan manipulasi terhadap sang korban dengan perilaku serta berbagai pernyataan verbal ataupun non verbal,

Tidak jarang ditemukan pelaku gaslighting adalah seorang pengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD) (Ni, 2017). Dengan masalah kepribadian tersebut, mereka merasa sebagai sumber kebenaran. 

Sang korban dipaksa untuk percaya pada kebenaran yang disampaikannya. Hal ini juga membuat tidak semua gaslighter sadar saat melakukan manipulasi pada korbannya. 

Para pelaku gaslighter cenderung suka berbohong. dr. Fiona Amelia MPH (Amelia, 2020), menjelaskan bahwa saat berbohong pun, para gaslighter ini bisa terlihat sangat jujur. Untuk mencapai tujuannya, mereka tidak ragu untuk terus berbohong bahkan menuduh orang lain yang berbohong. Seorang gaslighter cenderung memiliki perkataan yang tidak sama dengan perbuatannya.

Untuk mencapai maksudnya, para gaslighter sangat pintar memanfaatkan orang lain. Mereka pun seringkali memposisikan diri sebagai korban. 

Padahal saat terdesak, gaslighter tidak akan ragu menimpakan kesalahan pada korban, bahkan mengajak orang-orang lain untuk menyerang korban. Mereka pun dapat memanfaatkan hal atau barang yang berharga bagi korbannya untuk menekan sang korban.

Pesan yang disampaikan oleh gaslighter dapat berbentuk verbal dan non verbal. Bahasa tubuh serta perilaku menjadi bahasa non verbal dari gaslighter untuk menekan korbannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun