Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Damai Melalui Konser UPH bersama Ananda Sukarlan

9 November 2019   05:39 Diperbarui: 9 November 2019   18:02 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aileen H Riyadi dari Yayasan Pendidikan Harapan Papua |Foto: Indria Salim

Saya orang Jawa yang mengenal tembang Jawa "Lelo Ledhung" sejak masa kecil. Namun saya terkesan dengan "Lelo Ledhung" yang diaransemen oleh Henry Susanto Pranoto, dan dibawakan oleh Paduan Suara Mahasiswa UPH pada malam Gala Konser "Indonesia in Harmony" (31/X/2019). 

"Lelo Ledhung" yang lembut untuk menenangkan bayi atau anak perempuan kecil yang menangis, dalam penghayatan paduan suara malam itu ibarat perempuan sederhana yang dirias dengan pas, sehingga keluarlah seluruh aura kecantikan jiwanya. 

Lelo Ledhung di sini melantunkan pesan dan doa agar kelak, sang anak menjadi perempuan mulia, menjunjung keutamaan laku, dan sekaligus tangguh dan perkasa -- akhirnya  juga memuliakan orang tuanya. 

Iringan kendang tunggal dan siulan mirip kicauan burung mengakhiri penampilan paduan suara anak-anak muda kota, generasi milenial atau gen Z dengan syahdu.

Klik videonya di bawah ini.

Konser ini digelar oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) berkolaborasi dengan Maestro Pianis/ Komposer Ananda Sukarlan.

Sebelumnya, selama dua hari penuh Ananda memberikan coaching kepada para mahasiswa UPH, ceramah, dan seminar di Conservatory of Musics UPH. "Tujuannya adalah mengenalkan anak-anak muda kota pada lagu-lagu daerah Nusantara," tutur Ananda.

Selama ini Ananda Sukarlan memang serius mengenalkan seni dan budaya Nusantara kepada dunia melalui karya musiknya "Rapsodia Nusantara", yang sudah dimainkan oleh ratusan pianis dari berbagai negara.

Pada Konser "Indonesia in Harmony" itu, Ananda memainkan Rapsodia Nusantara no.1, Rapsodia Nusantara no.15, dan karya terbarunya Rapsodia Nusantara no.24.

"Keseragaman kita sebagai bangsa Indonesia justru keberagaman itu sendiri," kata Ananda sebelum memulai penampilannya.

Pada puncak acara konser, Ananda mempersembahkan karya terbarunya "Rapsodia Nusantara 24" untuk memperingati tokoh perdamaian Papua, Pater Neles Tebay, yang wafat pada April lalu. Karya tersebut menggubah melodi rakyat "Domidow" asal Dogiyai, Papua, tempat kelahiran Pater Neles Tebay.

"Awalnya bahkan saya tidak pernah dengar tentang Dogiyai. Kemudian saya melakukan riset dan seorang misionaris Jerman memberitahu saya notasi melodi rakyat Domidow yang kemudian menjadi Rapsodia Nusantara 24," ungkap Ananda. Lagu ini dimainkan pertama kalinya pada Ubud Writers and Readers Festival 2019.

Beberapa kali beruntung menyaksikan konser dan penampilan piano, maupun menikmati Rapsodia Nusantara Sang Maestro sungguh seperti keistimewaan luar biasa bagi saya.

Rapsodia Nusantara adalah lagu-lagu tradisional/ daerah yang diaransemen ataupun digubah ulang oleh Ananda, menjadi karya yang sangat indah, kaya nuansa, dan penuh dinamika tak terduga, walaupun kita masih diberi ruang untuk mengenali dan mengapresiasi lagu aslinya.

Acara pembukaan konser itu sendiri terdiri dari Pidato Sambutan oleh Rektor UPH, Dr.(Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc.

Diskusi bersama para nara sumber, yaitu Baptista Anton (Dosen UPH/ Sutradara film Pelangi di Timur Negeri), Aileen H Riyadi dari Yayasan Pendidikan Harapan Papua, Ananda Sukarlan, Henry Susanto Pranoto (Choral Conducting, UPH), dan Olivia Evelin Sundari (Dosen dan Ketua Panitia Konser) sebagai Moderator.

Pemutaran film dokumenter "Pelangi di Timur Negeri" yang berdurasi sekitar 30 menit memberikan gambaran tentang Papua dan masalah pendidikan anak-anak Papua, diikuti dengan penampilan tarian Papua oleh mahasiswa UPH (Nusantara Dance).

"Pelangi di Timur Negeri" menurut saya adalah film pendek yang berkualitas, membawa pemirsa seakan bersinggungan langsung dengan sebagian masyarakat di Papua, serta memberi gambaran suka duka relawan yang bekerja di sana.

Tarian Nusantara dibawakan dengan pembawaan tari  khas orang Papua, dinamis, riang, dan indah.

Para narasumber sepakat bahwa kedamaian di Papua harus terus dirawat demi memajukan pendidikan dan kualitas kehidupan saudara sebangsa setanah air di Bumi Cenderawasih.

Mahasiswa Conservatory of Musics UPH menampilkan lagu-lagu Rapsodia Nusantara | Dokpri
Mahasiswa Conservatory of Musics UPH menampilkan lagu-lagu Rapsodia Nusantara | Dokpri
Selain itu, Konser "Indonesia in Harmony" sendiri digelar sebagai wujud syukur terhadap kondisi Papua yang aman dan damai pasca-kerusuhan beberapa waktu lalu. 

Ini tentunya sejalan dengan semangat untuk terus merawat perdamaian di Papua yang juga ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo. Presiden memilih Papua sebagai kunjungan perdananya ke daerah, setelah dilantik sebagai Presiden untuk periode 2019-2024.

Undangan Konser |Sumber: Ananda Sukarlan
Undangan Konser |Sumber: Ananda Sukarlan
Penutup

Konser Indonesia in Harmony bagi saya merupakan momen yang sarat makna. Inisiatif ini perlu terus dikembangkan hingga  berdampak signifikan demi terwujudnya kerukunan dan perdamaian bangsa Indonesia. 

Seni budaya sebagai aset sekaligus identitas bangsa Indonesia dalam keberagaman perlu dioptimalkan pengenalan, pelibatan, dan penghayatannya di antara kaum muda khususnya, dan kita semua pada umumnya.

Salam Kompasiana!

:: Indria Salim ::

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun