Pria itu duduk mematung
Ketika musik di panggung meraung
Pria itu menerawang, sesekali memejamkan mata cekungnya
dentuman garang pukulan drum itu degup jantungnya
lengkingan vokalis itu jeritan hatinya
Penonton melambai-lambaikan tangan mereka ke arah panggung
Sambil bernyanyi seturut aba-aba Sang idola
Maka dia melihat lambaian tangannya sendiri, mencoba menggapai impiannya yang terbang membubung ke ruang hampa
Kejap dan kerlap-kerlip lampu di antara siluet tubuh-tubuh yang jejingkrakan
Membangkitkan kenangan terkubur jauh di alam bawah sadarnya
Ya, Dewa jagad semesta
Kuingin terlahir kembali sebagai diriku yang mula
Kuakan tanami kembali kebun bunga mawar itu
Sebagai persembahan penebusan khilafku padanya
Ya, Dewa yang memilihkan orang-tuaku
Aku mau, terlahir baru.
.
Penonton menjerit, menyaksikan tubuh pria itu digotong para penolong, melewati celah-celah pemuja berpeluh
Tidak perlu kugambarkan
kengerian wajah pria malang itu
Tidak pula ada yang tahu
Apakah pria itu menempuh jalan menuju kelahiran baru. :: Indria Salim ::