Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Beringin Tua dan Kenangan di Hutan Jati

5 April 2018   22:03 Diperbarui: 6 April 2018   07:08 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beringin dan Kenangan |Foto: Indria Salim

Teman-teman riuh tertawa tapi campur sebal karena merasa kukerjai. Salah sendiri ya, minta didongengin kok maksa.

Bertahun-tahun kemudian, aku tidak pernah ketemu satu pun teman SD-ku itu. Hanya saja pas aku masih di SMP, kudengar dari Ibu kalau Wahyuni sudah tiada karena sakit tipus. 

Waktu berjalan, kita suka atau tidak. Aku sudah mahasiswa. Pada semester 5, semua mendapat tugas semacam kerja sukarela di pedesaan. Aku mendapat kelompok dengan anggota tiga orang -- Aisyah dari Fakultas Pendidikan, dan Mas Yanto yang sudah berkeluarga, nyambi kuliah di Fakultas Ekonomi. Mas Yanto sering pulang, jadinya hanya ada aku dan Aisyah, yang tinggal di rumah Pak Lurah. 

Pada suatu siang yang panas, kami ingin berkunjung ke desa tetangga, tempat kelompok mahasiswa lain berada. Alasan sebenarnya sih, mencari teman senasib karena berada di desa yang jauh dari suasana di rumah itu nano-nano sekali. Air sulit, makan ya seadanya yang bahannya dipetik dari halaman Bu Lurah. Kendaraan tidak ada. Hanya ada mobil sejenis angkot, tapi datangnya seperti komet -- satu jam sekali, atau lebih lama dan itu pun penumpangnya sampai bergelayutan di tepi pintu. 

Kami memutuskan ke desa tetangga berjalan kaki. Entah bagaimana, kami merasa sanggup karena berpikir melewati jalan pintas, menyeberang sungai kering, dan melewati hutan jati.Sempat kesasar di jalan yang tidak ada terusannya ha ha ha. Lalu dengan arahan penduduk setempat, kami balik badan ke arah berlawanan, menyusuri sungai kering, belok ke kiri, nah melewati semacam tebing melintang dan menghadang rute jalan kami. Di situ aku melongok ke kiri dan ke kanan. Kumenunjuk ke arah kanan ke Aisyah, "Is, di sana itu sepinya kok aneh ya?"

Aisyah mencubit lenganku, sakit banget, "Mbak Indria!"

Aku masih ngomel sedikit, tapi dia membisu. Teman seperjalananku ini mukanya pucat dan tegang.

Kami menurunin tebing landai, lalu menaiki kelokan beberapa meter, di sebelah kiri ada pohon yang berbeda dari lainnya. Jelas beda karena tempat itu dipenuhi pohon jati. Nah ini kalau tidak salah adalah pohon Trembesi. Atau pohon Beringin. Akar-akarnya menonjol di permukaan tanah, sehingga aku tergoda untuk duduk di atasnya. Rasanya sungguh lega menghempaskan diriku ke 'tempat duduk' di pohon itu. 

Lalu, "Is, istirahat bentar di sini. Sejuk nih buat tidur sejenak, lima menit saja!"

Aisyah cemberut. Aku cuek. 

"Is, kalau mau duluan gak apa-apa. Nanti aku menyusul."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun