Mohon tunggu...
Indrayuki Tasyanthai
Indrayuki Tasyanthai Mohon Tunggu... -

Tukang desain dan motret. Senang bergiat bidang kemanusiaan. Tulisan saya di Kompasiana ini adalah opini pribadi, tidak mempresentasikan tempat dimana saya bekerja. Salam kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerelawanan Siamo Tutti Frately

4 Februari 2016   02:13 Diperbarui: 4 Februari 2016   02:33 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sukarelawan PMI Bandung memberikan bantuan alat sekolah kepada anak-anak 1950 (PMI)"][/caption]

Suatu sore, 24 Juni 1859, Jean Henry Dunant melewati desa kecil Italia bernama Solferino dalam perjalanan menuju Aljarzair untuk urusan bisnis. Pada hari yang sama di desa tersebut sedang terjadi peperangan jarak dekat antara Austria melawan tentara gabungan Perancis dan Sardinia. Sekitar 33 ribu orang menjadi korban luka, sekarat dan meninggal. Kondisi mengerikan akibat perang, membuat Dunant menunda melanjutkan perjalanan. Dunant mengajak penduduk desa untuk bersama mengevakuasi para korban perang ke gereja dan diberikan perawatan sederhana. Dunant menyadari akan keterbatasan kemampuan dan perlengkapan dalam melakukan pertolongan, sehinga mengajak dokter kedua pihak yang berperang untuk bergabung dan membawa kebutuhan pertolongan dari rumah sakit yang berperang untuk memberikan pertolongan. Kedua belah bersedia adalah akibat slogan “Siamo Tutti Frateli” atau Kita Semua Bersaudara. Tindakan Dunant melakukan pertolongan dan mengorganisir orang-orang untuk membantunya adalah asal mula kegiatan kerelawanan. Melihat situasi saat itu terbersit gagasan:

“Apakah tidak mungkin, di masa damai dan tenang kita membentuk lembaga bantuan yang bertujuan memberikan perwatan kepada mereka yang terluka dalam masa perang dengan tekun, setia dan oleh sukarelawan terlatih?” tulisnya pada buku “Un Souvenir de Solferino” beberapa saat setelah kembali ke Jenewa, Swiss.

Tindakan dan pernyataan Dunant di atas telah menyentuh tiga unsur konsep kerelawanan saat ini, yaitu: Ada motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan membantu sesame dari diri pribadi, kemudian ada unsur keterlibatan orang-orang sebagai bagian dari kekuatan masyarakat dan pembentukan lembaga tertata yang secara khusus mengorganisir orang-orang menyalurkan jiwa kesukarelawanannya.

Perspektif Kerelawanan

Bencana gempa dan tsunami di Aceh-Nias tahun 2004 menjadi momentum pertumbuhan sikap kerelawanan dan kedermawanan di Indonesia. Bencana dahsyat yang memakan korban 126.000 orang meninggal, ratusan ribu luka serta 37.000 hilang tersebut telah menarik empati dari masyarakat dunia untuk beramai-ramai memberikan bantuan. Aksi-aksi bantuan tersebut menjadi contoh baik yang mendorong berkembangnya sikap kepedulian terhadap sesama di masyarakat, Pertanyaannya  adalah: Bagaimanakah cara orang-orang mengungkapkan rasa kepeduliannya terhadap sesame?

Sebuah definisi menyatakan:

“Relawan adalah pihak-pihak yang menyumbangkan tenaga, pikiran, pengetahuan dan keahliannya kepada pihak lain yang membutuhkan, untuk mencapai sebuah tujuan. Pada dasarnya fitrah individu adalah kebaikan, maka menjadi relawan merupakan salah satu cara untuk melakukan kecenderungan  individu kebaikan melalui aksi nyata yang memberikan manfaat bagi pihak lain”. (Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis, Hilman Latief, Gramedia, 2010).

Definisi di atas memberikan gambaran pada penyaluran kepedulian terhadap sesama bisa disalurkan dengan berbagai cara sesuai kapasitas masing-masing. Bagi yang mempunyai kapasitas finansial dengan mendermakan hartanya, sedangkan yang bisa meluangkan waktunya bisa menyumbang tenaga, pikiran dan keahliannya. Bagi seorang sukarelawan, pamrih yang bersifat finansial bukanlah hal yang utama. Sukarelawan lebih mengutamakan kerja pelayanan daripada penghargaan secara individual. Sikap demikian banyak diakomodir oleh lembaga sosial kemanusiaan dan keagamaan.

Bagi umat beragama sikap kerelawanan adalah bagian dari ibadah seperti yang disampaikan Islam dalam Al-Qur’an:

Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun