Mohon tunggu...
indrawan miga
indrawan miga Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis, pendidik, petani

Pernah wartawan di beberapa media cetak nasional. Kini penulis dengan peminatan topik pendidikan, pertanian, dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Depan Anak Berkebutuhan Khusus

6 September 2019   00:30 Diperbarui: 6 September 2019   01:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aqillurachman dan ibundanya Amalia Prabowo (kanan), bersama Arfi Destianti, pegiat pendidikan inklusi.   Mengapresiasi capaian seni berkualitas 

Di Indonesia juga dicatat ada pelukis artbrut Ni Tanjung,  bermukim di Bali. Ia melukis tema imajinatif gunung, sebagai ekspresi individualitas budaya Bali. Kebebasan kreatif seorang Ni Tanjung, menghadirkan penggalian akar budaya Bali yang menghargai gunung dan leluhurnya, sebagai refleksi akar estetiknya sebagai keseharian seorang manusia Bali.  

Bayangkan, dengan Indonesia yang sangat kaya ide ragam budaya, akan banyak terlahir seniman-seniman artburt atau outsider art  Indonesia ini ke pentas dunia.    

AUTISME, SKIZOPRENIA, DAN LAINNYA 

Pada pameran "PASUNG KAPAL LEPAS - Outsider Artpreuner 2019" ini, tampil 9 peserta.

Mereka sebelumnya menjalani workshop melukis berkolaborasi  dengan Hanafi, seorang pelukis abstrak kontemporer.  Diharapkan, terjadi dialog antara seni 'normal' dengan seni 'inklusif', dan memantik intuisi kedalaman peserta sehingga mereka makin matang melukis mencapai kategori seni yang bermutu (Artbrut).

Kapal Lepas, karya kolaborasi peserta dengan mentor Hanafi.  Bentuk perahu mengibaratkan berlayarnya para pelukis inklusif ini ke dunia bebas
Kapal Lepas, karya kolaborasi peserta dengan mentor Hanafi.  Bentuk perahu mengibaratkan berlayarnya para pelukis inklusif ini ke dunia bebas

Menikmati karya-karya  mereka kita menemukan kekosongan, keheningan, kesuraman, kegelapan (darkness), horor, kesedihan,  kesendirian, repetisi, keluguan (naive), kekacauan yang teratur (dekoratif), hingga abstraksi yang rumit tapi menyenangkan. Karya yang mencerminkan jati diri mereka sesungguhnya, dengan latar budaya masing-masing.  

Inilah mereka itu. Anfield Wibowo (birth. 2004, SMP SLB B Pangudi Luhur,  sindrom asperger dan tunarungu);  Aqillurachman Prabowo (b.2004, disleksia); Audrey Christabel Angesti (b.2002, autistik MSDD type C); Bima Ariasena Adisoma (b.1988, autisme, peserta Adult Development di Yayasan Daya Pelita Kasih); Daya Olivia Korompis (b.1979, kelainan kromosom, pendiri Yayasan Daya Pelita Kasih).

Dwi Putro (b.1963, dipanggil Pak Wi, gangguan mental skizoprenia, pernah dipasung); Hana Madness (b.1992, bipolar disorder dan skizoprenia); Oliver Adivarman Wihardja (b.2001, autisme, Yayasan Bina Abyakta);  dan Raynaldy Halim (b. 1997, autisme ADHD / PDD-Nos).

Pameran juga dimeriahkan dengan sejumlah banyak karya peserta inklusif lain, sebagai pembanding, dan juga nanti kelak bisa masuk kategori seni berkelas artbrut. Mereka dari Hadiprana Art Class, Yayasan Bina Abyakta, dan Yayasan Daya Pelita Kasih. 

Juga diadakan diskusi seni rupa inklusif bagi kalangan guru dan pendidik sekolah inklusi yang ada di Jabodetabek. 

karya-karya dari ketiga komunitas inklusif  juga ikut tampil memeriahkan pameran ini 
karya-karya dari ketiga komunitas inklusif  juga ikut tampil memeriahkan pameran ini 

DIGAGAS OLEH CIPUTRA ARTPRENEUR 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun