Mohon tunggu...
Iwan Indrawan
Iwan Indrawan Mohon Tunggu... Insinyur - Sebuah ikatan bathin untuk negeri

semua memiliki hak berpendapat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mbak Sri, Pajak Bersejarah? Come on Please....

28 Desember 2021   19:09 Diperbarui: 28 Desember 2021   19:15 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bismillah,

Hari ini (setiap hari) selalu seru dan dibikin seru dengan pernyataan-pentayaan yg membuat kita garuk-garuk kepala.

Esensi ekonomi bangsa ini mau seperti apa ya? kapan akan ada kejujuran ilmiah yg melecut semangat bangsa ini, bukan semangat korupsi, semangat memperkaya diri dengan cara apapun, semangat terbimbing dan terlindungi dalam berusaha. Kapan juga pajak menjadi kewajiban yg ikhlas dilakukan bangsa ini, bukan dengan banyak kecemburuannya, banyak yang ngemplang pajak dan notabene kaya sekali ya tenag-tenang saja, bahkan kasus-kasus pajak yang tersandung pejabat negara juga terbekukan, tidak ada kelanjutannya menunggu sampai bangsa ini lupa.

Sejak keterpilihan pertama Pak Jokowi memang sepertinya alur Dramatis lebih dipilih bangsa ini atau tepat nya lebih dipaksakan. Mungkin awal-awal nya berhasil sebab itu juga hal baru buat bangsa yang memang menggemari sinetron, semua dibuat dramatic, mengharukan, membuat berdecak, kagum, salut, dan lain-lain yang notabene ada skenario dan sutradara dibaliknya. Namun sepertinya saat ini bangsa ini sudah cukup belajar, walaupun masih tetap menggemari sinetron namun untuk hidup nya mereka sudah tahu kalau sinetron itu bohongan.

Bangganya mbak Sri dengan pencapaian pajak 100% mengguncang media hari ini 27 Desember 2021. Pada kenyataannya hampir setiap tahun pun mendekati target 100%, hanya tahun ini melebihinya.

Namun akan lebih baik bila pengumuman ini bisa mengedukasi rakyat, mengedukasi bangsa dan berterima kasih karena mereka lah yang membayar pajaknya, mereka yg patuh membayar dan terus bergulat menghidupi hari-harinya. Sementara dilain sisi mereka sebetulnya ingin tahu untuk apa pajak mereka, siapa yang menggunakannya, apa pencapaiannya. Kebanggaan nya kiranya akan lebih lengkap jika dengan informasi aliran dan penggunaannya juga. 

Mereka akan lebih rela dan ikhlas jika apa yang mereka bayarkan tersalurkan dengan baik dan sesuai target. Bukan hanya malakin aja kayak preman harus bayar dengan iming-iming penjara dan lain-lain, sementara beberapa cukong yang ngemplang pajak masih asik dan santai aja menikmati hasil usaha mereka. Memang sangat timpang, dengan pengumuman keberhasilan itu sama sekali bukan kebanggaan rakyat yang membayarnya, mereka tahu nya bayar dan takut, selain itu mereka tetap harus memenuhi kebutuhan harian mereka yg semakin benar-benar Meroket, harga kebutuhan pokok meroket, semua menjadi mahal, usaha semakin sulit, pengangguran semakin banyak, cukong koruptor semakin asik aja tak terjamah.

Sisi lain yang ironis adalah soal anggaran, mereka yg menjabat semakin menghamburkan budget sebab harus memenuhi anggaran, maka pergilah mereka rapat di Bali, sewa penginapan di mana, makan siang dimana, kunjungan kemana, dan lain-lain, sebab kalau dibawah anggaran tahun depan akan diturunkan anggarannya.

Come on, anggaran sebetulnya bagaimana pola kalkulasi nya? penghabisan budget? atau sebaliknya, dengan budget seminim mungkin namun ada pencapaian yang jauh lebih hebat dari budget yang ada, mana sebetulnya yg dipilih? sayang nya yang pertama yg menjadi pilihan sampai saat ini, daripada nanti dipotong ayo habiskan.

Saya sedang di warteg Mbak Sri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun