Di sebuah pasar tradisional tetiba ramai luar biasa, bukan akibat dari aktivitas perniagaan tetapi karena kedatangan calon wakil rakyat yang lagi sibuk berkampanye. Tim suksesnya tampak membagi-bagi poster dan kaos bergambar besar-besar muka sang calon tersebut.
Para pedagang sebenarnya tidak banyak yang heran atas kedatangan mereka, karena memang beberapa hari sebelumnya juga ada calon-calon lain yang mendadak bersilaturahim dan mendadak pula jadi dermawan dengan memberi "rejeki" yang tentu saja ada pamrihnya.
Calon anggota dewan itu tak sungkan menyuruh timses membagikan amplop pada para pedagang. "Ini bukan money politic, " ujarnya sambil membetulkan peci. "Ini cuma sedikit amal dari sedikit rejeki kami, ini juga sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara," katanya lagi sok rendah hati.
Sejurus kemudian ia lalu menghampiri seorang pedagang sayur yang terlihat agak lugu. Dia mencoba membuka komunikasi sambil menimang-nimang tomat milik pedagang itu.
"Berapa harga tomat ini, mas?"
"Oh, itu gratis, " jawab si pedagang cuek.
"Ah beneran gratis nih?" si calon pejabat keheranan.
"Lah iya, soalnya itu bukan tomat pulitik, itu bentuk kepedulian saya buat nambahin amal sama rejeki bapak yang tadi katanya cuma sedikit, biar kita sama-sama peduli pak, suwun..."
Silakan tebak sendiri ekspresi sang bapak calon wakil rakyat yang terhormat.