Mohon tunggu...
Indra Malela
Indra Malela Mohon Tunggu... -

Pegawai Swasta tinggal di Cikarang, Hobi membaca; menulis untuk iseng saja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Wanita Demplon, Seorang Buron dan Tukang Tahu

27 April 2011   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Romantika Tetangga Depan Rumah (3)

Oleh: Indra Malela

Tuhan Yang Maha Pemurah tak membiarkan lingkungan kami resah. Tuhan Maha Rahman bahkan kepada hambanya yang kadang kurang beriman. Kegaduhan rumah depanhanya beberapa bulan berjalan aman. Pada suatu hari, Dia kirim “malaikat-NYA” berpakaian teknisi PLN dan polisi ke rumah depan kami itu. Malaikatul maut mencabut nyawa manusia jadi tamat riwayat. Teknisi PLN mencabut aliran listrik pelanggan yang bayarnya telat. Sekali cabut dampaknya mematikan. Aktivitas rumah depan kami, otomatis menjadi mati seperti mobil kehabisan aki. Manusia modern memang tak sudi untuk kembali hidup dalam kegelapan seperti di jaman batu. Tak ada mobil parkir. Tak ada motor berhenti. Bahkan lama kelamaan tak ada kehidupan sama sekali. Lelaki yang pertama kali datang pindahan, dengan satu gerobak tabung gas melon juga tak pernah kelihatan lagi batang hidungnya. Datang dan pergi tanpa permisi begitu saja.

Kehidupan di lingkungan kami menjadi seperti sedia kala. Sepi kembali semula, sepi seperti yang dulu pernah ada. Di rumah-rumah yang kebanyakan tak berpenghuni itu justru kami bisa menikmati arti sepi itu sendiri. Setelah beberapa bulan kegaduhan itu berjalan.Tiap akhir pekan saya dan anak-anak saya bisa kembalimain bola tak khawatir ada serombongan mobil yang datang. Kami bisa duduk sore-sore sambil minum teh, makan cireng dan tahu goreng di halaman depan. Kemewahan seperti ini sudah lama takkami rasakan sejak lelaki pembawa tabung melon itu datang.

Beberapa bulan berlalu. Kamipun mulai lupa dengan kegaduhan dan kejadian yang dibawa bersama lelaki pembawa tabung gas melon dan wanita-wanita demplon itu. Sampai suatu hari di akhir pekan, setelah liburan Kurban, ada sebuah mobil mewah berhenti di halaman rumah depan. Sepasang suami isteri setengah baya turun dan memasuki rumah depan. Yang akhirnya kamipun tahu bahwa suami-isteri itu adalah pemilik rumah depan itu. Setahun lalu mereka sewakan pada lelaki misterius itu.Lelaki itu pergi bukan saja pergi tanpa pesan, tapi juga meninggalkan rumah kontrakan dalam kondisi berantakan dan dengan sejumlah tagihan. Listrik dan air tak dibayar beberapa bulan. HP-nya dihubungi tak pernah aktif. Telepon kantornya, dihubungi ternyata tempat mobil sewaan. Bahkan lelaki itu tak mengembalikan mobil sewaan. Kini, lelaki --pembawa tabung-tabung gas melon dan wanita-wanita demplon--itu statusnya buron.

Adapun pasangan suami-isteri pemilik rumah depan itu, akhirnya kami tahu, ternyata dia adalah juragan tahu dari Cibuntu. Setelah kamibantu mencarikan orang untuk bersihkan rumahnya yang berantakan, seminggu kemudian ia kembali datang dengan sekeranjang buah tangan. Isinya tentu tahu Cibuntu. Jumlahnya sampaiberibu-ribu.Sekalipun saya adalah penggemar fanatik tahu, tapi untuk menghabiskannya mungkin akan diperlukan waktu berminggu-minggu. Akhirnya tahu-tahu itu kami bagikan tetangga rumah sekitar belasan suhunan. Sekalian memberikan kabar bahwa tahu-tahu itu adalah oleh-oleh pemilik rumah depan, yang rumahnya pernah diisi oleh tabung-tabung gas melon dan wanita-wanita demplon.

Di suaru sore hari, di akhir pekan, seperti biasanya saya menikmati sebuah kemewahan. Bermain bersama sepasang anak kami.Minum teh dan tentu: melahap tahu-tahu dari Cibuntu itu. Halalan toyiban buat dimakan. Tuhan Maha Tahu, saya ini penggemar tahu. Warna kuning tahu-nya mengingatkan saya pada warna tabung-tabung gas melon, wanita-wanita demplon dan lelaki buron itu.

Beribu-ribu tahun yang lalu,

di hari Kurban Tuhan telah menggantikan Ismail, persembahan Ibrahim, dengan seekor kambing;

Beribu-ribu tahun kemudian, setelah liburan hari raya Kurban,

Tuhan membalikkan sebuah kutukan menjadi keberkahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun