Judul saya mungkin saya akan menciptakan pro dan kontra. Saat ini bahasa asing telah menjadi keterampilan lain yang disarankan untuk dimiliki oleh generasi muda.
Ini tidak terlepas dari faktor globalisasi dan kemampuan daya saing dimana orang yang memiliki bahasa asing yang baik bisa menjadi daya dukung atau nilai lebih dalam persaingan saat ini.Â
Tidaklah kaget jikalau para orang tua berusaha mengajarkan anak bahasa asing sedari dini. Bahkan dilatih sebelum mereka masuk taman kanak-kanak. Mulai dari melatih berbicara, menonton tayangan berbahasa asing hingga ada yang rela mendatangkan guru privat.Â
Di sisi lain ada juga yang mempertanyakan tentang urgensi anak belajar asing terlalu dini khususnya di fase emas (Gold age). Fase dimana anak mengalami perkembangan cepat, daya tangkap baik dan mulai terjadi interaksi intens dengan orang terdekat khususnya orang tua.
Ada kisah unik yang terjadi di lingkungan saya. Seorang nenek di kunjungi oleh anak dan cucunya yang masih Balita. Cucunya selama ini dilatih oleh orang tua mengucapkan bahasa inggris meskipun kedua orang tuanya adalah WNI.Â
Alhasil si nenek agak kesulitan berinteraksi dengan cucu karena si nenek berinteraksi dengan bahasa Indonesia sedangkan cucunya lebih familiar dengan bahasa Inggris.
Saya merasa orang tua perlu mempertimbangkan hal ini jikalau anak dipaksakan belajar dan memahami bahasa asing di usia terlalu dini. Apa saja itu?Â
# Lunturnya Bahasa Ibu
Mengutip dari situs Kemendikbud, Bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari seseorang sejak kecil secara alamiah dan menjadi dasar sarana komunikasi serta pemahaman terhadap lingkungannya (Sumber klik disini).Â
