Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Mental "Siap Menang, Siap Kalah" dalam Diri Peserta Kompetisi

7 September 2021   10:46 Diperbarui: 7 September 2021   13:14 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibelakang panggung tiba-tiba terdengar suara teriakan dari suara perempuan muda berusia sekitar 17 tahunan. Dirinya terdengar mengeluarkan berbagai umpatan dan bertingkah brutal. 

Selidik punya selidik ternyata gadis muda itu kesal karena hanya merebut juara 2 dalam sebuah kompetisi nyanyi yang diadakan di salah satu mal. 

Kekesalan karena pada kompetisi-kompetisi sebelumnya dirinya bisa meraih juara 1 namun kini dirinya terdepak ke juara 2. Padahal dirinya adalah mega favourite dalam kompetisi tersebut dan banyak pendukung dan keluarga yang ikut menonton dirinya tampil di atas panggung. Lebih menyesakkan lagi ia kalah oleh seseorang pendatang baru dalam kompetisi tersebut. 

Umpatan bahwa juri dianggap bertindak curang, ada permainan orang dalam atau ada kesalahan penyebutan juara yang seharusnya dirilah yang menjadi juara 1. Namun juri tetap bersikukuh bahwa keputusan mereka tidak ada keliru dan memang dirinya kalah poin dari si pendatang baru. 

2 Anak Yang Tengah Bersaing. Sumber Situs Parenting.co.id
2 Anak Yang Tengah Bersaing. Sumber Situs Parenting.co.id

Di sini saya belajar bahwa banyak peserta yang telah memiliki mental juara namun tidak memiliki mental kalah. Belajar dari kasus di atas bahwa ada karakter peserta kompetisi yang menilai bahwa Juara 1 adalah pencapaian terbaik, diluar itu maka sama saja kalah. 

Nyatanya lolos menjadi peserta atau masuk dalam fase grandfinal sudah menunjukkan bahwa mereka telah menjadi "pemenang".

Apakah ini termasuk kejadian langka?

Saya katakan, Tidak. Karena nyatanya banyak hal serupa terjadi di sekitar kita. Video di atas adalah contoh dimana ada yang bertindak kasar, brutal, sedih hingga berlarut-larut hingga depresi atau bahkan hingga mengalami gangguan jiwa ketika tidak berhasil dalam sebuah kompetisi atau ajang. 

Saya sempat membaca kasus yang terjadi di Jombang, Jawa Timur. Seorang pria mengamuk di kantor kepala desa. Berdasarkan informasi yang beredar, pria tersebut mengalami gangguan pada kejiwaannya sejak kalah dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkadesa) beberapa waktu lalu (berita selengkapnya klik disini). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun