Tidak heran ketika menemukan kandidat seperti ini menempatkan dirinya sebagai second choice untuk diterima. Artinya si kandidat belum mampu meyakinkan saya mengapa dirinya layak diterima.Â
Saya mengganggap rasa malu yang berlebihan seakan menutup aura si kandidat. Bisa jadi CV memukau, first impression baik namun sesi tanya jawab kurang bisa menunjukan aura bahwa dirinya layak untuk diterima.Â
Interviewer juga manusia biasa di mana tetap ada sisi subjektif. Ketika berhadapan dengan kandidat pemalu akan muncul pertanyaan dalam hati, kandidat ini bisa kah bekerja sesuai di harapan? Bisakah berbaur dengan tim? Bisakah kerja sesuai target? Serta beberapa pertanyaan lain dalam hati.Â
4. Tidak Kuat di Bawah Tekanan
Sosok karyawan pemalu cenderung memiliki perasaan yang lembut, rapi, dan terstruktur. Ada posisi tertentu seperti sales, finance, PPIC yang kerja membutuhkan tekanan yang tinggi.
Andai target belum tercapai, atasan tidak akan segan memarahi si bawahan. Kondisi ini akan menjadi dilema bila dirasakan oleh mereka yang terlalu pemalu.Â
Pernah ada sales yang memang dikenal pemalu. Ketika atasan mengevaluasi kinerjanya karena belum mencapai target. Karyawan justru hanya terdiam dan selepas itu menangis karena dirinya tidak bisa kerja di bawah tekanan (under pressure).Â
Berkaca pada hal itu, saya selalu menggali lebih mendalam sosok kandidat yang pemalu dan memastikan dirinya bisa kerja dibawah tekanan.
Jangan sampai ketika mengalami tekanan kerja, si kandidat stres dan memilih mengundurkan diri.Â
Ini akan menjadi runyam karena HRD akan merekrut karyawan baru yang tentu menguras waktu, tenaga, dan pikiran.Â
***