Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasib Wayang Kulit yang Dirindu Sekaligus Terlupakan

9 Mei 2021   21:38 Diperbarui: 17 November 2021   11:33 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagelaran wayang kulit yang dilakukan di Anjungan Jawa Timur di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (31/12/2019). | Sumber: KOMPAS.com/Nabilla Tashandra

Ini juga yang menjadi alasan utama saya tidak antusias menonton pagelaran wayang kulit karena saya kurang bisa menangkap penyampaian dalang yang menggunakan bahasa daerah tingkat tinggi. 

2. Mitos Wayang Kulit di Masyarakat

Ada mitos yang cukup kental dimana masyarakat diwajibkan menonton pagelaran wayang kulit dari awal hingga selesai. Ini karena ada anggapan bahwa atraksi wayang kulit melibatkan hal mistis agar acara dapat berlangsung dengan sukses. 

Ketika ada yang menonton secara tidak tuntas dikabarkan ketika di perjalanan pulang akan mengalami hal-hal mistis. Mitos ini begitu mengakar di masyarakat karena disampaikan secara mulut-kemulut dan ketika ada suatu kejadian yang menimpa penonton yang memilih pulang di tengah acara makan selalu dikaitkan dengan mitos tersebut. 

Padahal yang kita tahu atraksi wayang kulit dimulai saat malam dan bisa berlangsung hingga dini hari. Kondisi ini yang membuat orang enggan untuk menonton karena stigma bahwa menonton wayang kulit hanya selesai. Artinya ketika dirinya merasa bosan, mau tidak mau harus tetap berada di lokasi tersebut. 

Seorang Dalang Yang Mementaskan Wayang Kulit. Sumber Situs Good News From Indonesia
Seorang Dalang Yang Mementaskan Wayang Kulit. Sumber Situs Good News From Indonesia

 3. Munculnya Hiburan Lain yang Lebih Menarik

Cobalah menawarkan opsi kepada para ibu yang ada di sekitar kita. Lebih memilih mana menonton sinetron bertemakan perselingkuhan, azab atau intrik keluarga selama 2 jam atau menonton pagelaran wayang kulit dengan durasi yang sama? 

Entah kenapa ada keyakinan para ibu lebih menyukai menonton sinetron yang menyayat hari dan kental menceritakan realita kehidupan sehari-hari. 

Kondisi ini juga bisa kita tanyakan kepada generasi muda. Lebih memilih mana menonton drama Korea selama 5 jam non stop; menonton film di bioskop selama 3 jam atau menonton atraksi wayang kulit secara gratis. Tetap saya menjamin mayoritas generasi muda memilih opsi diluar wayang kulit. 

Atraksi wayang kulit masih diidentikan sebagai tontonan orang tua atau mereka yang berusia sepuh. Ini karena di zamannya masih sedikit yang memiliki televisi sebagai hiburan sehingga ketika ada atraksi wayang kulit yang diadakan di desanya akan menjadi hiburan yang paling digemari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun