Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspadai Pengemis Cerdik di Sekitar Kita, Saatnya Kita Menjadi Pemberi Cerdas

13 Januari 2021   11:53 Diperbarui: 13 Januari 2021   12:32 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oknum Pengemis Terjaring Satpol PP. Sumber Tribunnews

Sejujurnya saya ada perasaan kesal dan jengkel kenapa orang dewasa justru melibatkan balita/anak kecil atau bahkan sosok anak yang terkena penyakit seperti hidrosefalus untuk menjadi sarana meminta belas kasih orang. 

Ternyata ketika saya mewawancarai ibu pengemis terkuaklah bahwa kebanyakan anak kecil/balita yang diajak bukanlah anak mereka. Justru mereka menyewa balita/anak kecil kepada orang yang dikenal untuk membantu menjadi alat menambah belas kasih orang lain. Ibu pengemis itu bahkan cerita tidak tega jika balita yang diajak merupakan darah dagingnya sendiri. Kita perlu menjadi pemberi sumbangan yang cerdas sebelum memberi.

Tips dari saya, lihatlah bagaimana pengemis memperlakukan anak kecil/balita yang dibawanya. Jika mereka cuek dan membiarkan anak dengan kasar maka kemungkinan anak tersebut bukan anak pengemis tersebut. Orang tua pasti ada perasaan tidak tega membiarkan anaknya menderita.

Saya pernah menonton serial investigasi di salah satu TV Nasional dimana ada pengemis dewasa yang tega mencampur minuman/makanan anak denga obat tidur bahkan dosis tinggi. Tujuannya agar si anak tidak rewel dan tertidur pulas jadi tidak merepotkan si pengemis dewasa. Padahal meminum obat dosis tinggi dalam jangka waktu panjang beresiko merusak organ tubuh terutama hati dan ginjal.

2. Mengemis dengan Luka Bakar atau Luka Berat

Dulu saya sering bertemu pengemis dengan modus ini. Mereka berusaha mempertontonkan luka yang dimiliki seakan dirinya mengalami permasalahan kesehatan serius dan meminta bantuan untuk biaya berobat. Orang akan langsung berbelas kasihan. Awalnya saya juga merasakan hal sama yaitu kasian dan ingin membantu. Tapi ternyata setelah tahu itu modus kecurangan si pengemis, kini saya lebih teliti lagi dalam memberi.

Modus mereka ternyata menggunakan semacam bubur koran/kertas, alat perekat seperti lem dan pewarna. Pengemis akan menghancurkan koran/kertas menjadi bubur padat kemudian diletakkan di kulit hinga mengering dibantu dengan lem perekat agar terlihat padat. Setelah itu diwanai menyerupai luka.

Tips saya bila menemukan pengemis seperti ini, perhatikan dengan detail luka yang ada di tubuh pengemis. Harusnya luka yang terbuka pasti terasa perih dan gatal serta memunculkan nanah dengan aroma yang khas. Tidak hanya itu lalat atau semut pasti banyak mendekati sumber luka karena aroma dan cairan luka menarik perhatian tersebut. Jika tidak ada kondisi seperti itu maka bisa dipastikan itu adalah luka palsu

3. Berpura-pura Kehilangan Barang atau Hendak Mencari Keluarga

Saya pernah bertemu sekitar 2 kali modus ini dan ternyata teman saya juga banyak yang menemukan pengemis dengan modus ini. Umumnya ada seseorang yang menghampiri kita dan menceritakan kesusahan seperti telah kehilangan dompet, habis dicopet atau hendak menemui keluarga namun yang dituju tidak ada serta kini dalam kondisi kehabisan uang untuk balik ke kampung halaman.

Hal yang membuat saya kaget adalah ketika ada teman yang membantu seseorang tersebut karena belas kasihan justru beberapa hari kemudian bertemu lagi dengan sosok tersebut dengan menceritakan kisah yang sama. Langsung saya menyadari bahwa ini merupakan modus baru. Pengemis tersebut sepertinya tidak sadar meminta bantuan kepada orang yang sama.

Saya melihat cara ini sengaja dilakukan karena biasanya orang yang iba akan memberikan bantuan langsung dalam jumlah yang besar. Bisa 5 ribu, 10 ribu, 20 ribu, 50 ribu atau bahkan langsung 100 ribu. Ini karena jika mengemis di pinggir jalan rata-rata yang didapat uang recehan sehingga akan lama mengumpulkan uang dalam jumlah besar.

Tips saya jika bertemu orang ini. Lebih baik tanyakan apa yang dibutuhkan. Jika dirinya merasa lapar karena kehabisan uang maka cukup kita belikan makan. Jika orang tersebut tersesat dan tidak punya uang untuk balik ke kampung halaman. Kita bisa pesankan tiket untuk pulang atau memesankan gojek online ke lokasi yang dia tuju. Jika pengemis menolak dan tetap ingin mendapatkan bantuan berupa uang maka perlu dipertimbangkan karena bila ada seseorang menawarkan bantuan yang dibutuhkan seharusnya mereka bersyukur dan tidak menolak.

4. Berpura-pura lumpuh atau Buta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun