Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

5 Profesi yang Disepelekan Namun Berpenghasilan Melebihi Orang Kantoran

12 Januari 2021   11:42 Diperbarui: 13 Januari 2021   10:59 6984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(RIMA WAHYUNINGRUM via KOMPAS.COM)

Sebagian orang pasti memiliki impian untuk memiliki profesi yang mampu menjadi tumpuan hidup saat dewasa nanti. Tidak sedikit yang bercita-cita menjadi pengusaha, PNS, Pegawai BUMN hingga pekerja kantoran mengingat profesi ini dianggap prestise dan memiliki penghasilan yang baik.

Masih ada di tengah masyarakat kita yang menyepelekan sebuah profesi baik formal maupun non formal karena dianggap kurang menjanjikan. Padahal tanpa mereka sadari bisa saja profesi yang disepelekan tersebut justru memiliki penghasilan melebihi pegawai kantoran.

Anggap saja pegawai kantoran di Kota Semarang pada 2020 berdasarkan penetapan Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) Jawa Tengah 2020 memiliki ketetapan UMK sebesar Rp. 2.715.000. 

Apabila dihitung berdasarkan 25 hari kerja maka perhari seseorang dibayar sebesar Rp. 108.600. UMK Kota Semarang adalah yang tertinggi di Jawa Tengah artinya untuk daerah kabupaten/kota lain di Jawa Tengah jumlah penghasilan mereka akan lebih kecil.

Saya sempat menganalisa dan mengobrol dengan beberapa orang yang memiliki beragam profesi ternyata justru ada profesi yang selama ini disepekan namun justru memiliki penghasilan yang tergolong besar.

1. Pengemis

Wow... sebenarnya bingung juga apakah pengemis masuk kategori profesi namun mengingat banyaknya orang yang memilih sebagai pengemis untuk mendapatkan penghasilan maka saya memasukkan dalam tulisan ini. Mungkin ada yang kaget atau sudah tahu jika pengemis berpotensi memiliki penghasilan besar setiap bulannya.

Saya pernah mewawancarai seorang pengemis di Kota Malang sekitar tahun 2013 karena tugas salah satu mata kuliah. Saya dan bersama teman kelompok bertemu dengan salah seorang ibu berusia sekitar 60 tahunan yang selalu mengemis di sekitar atm areal kampus. 

Ibu ini akan menyodorkan amplop putih yang sudah diberikan tulisan butuh dana untuk membiayai anak. Tujuan memilih mengemis di depan atm karena biasanya orang yang ke atm akan menyisihkan sedikit uangnya untuk dimasukkan ke amplop putih yang disediakan.

Kami cukup beruntung bisa mewawancarai ibu tersebut karena dirinya bercerita kisahnya kepada kami yang mahasiswa layaknya seorang teman. 

Dirinya bercerita bahwa menjadi pengemis hanya untuk mengisi waktu luang karena di kampungnya banyak yang berprofesi sebagai pengemis dan tergiur dengan penghasilan yang di dapat.

Ibu itu bercerita jika kondisi sepi, dirinya bisa mendapatkan sekitar Rp. 100.000 sedangkan jika ramai dan beruntung bisa mendapatkan Rp. 300.000 per hari. 

Jujur saya kaget saat itu mendengar pengakuan ibu tersebut. Artinya anggap saya pukul rata pendapatan Rp. 150.000/hari dan tidak ada hari libur maka penghasilan ibu tersebut selama 30 hari bisa mencapai Rp. 4.500.000/bulan. Pada tahun tersebut pendapatan tersebut sangat besar dan melebihi pegawai kantoran.

Salah satu strateginya dirinya selalu membawa anak usia balita untuk ikut mendampinginya mengemis. Harapan banyak orang iba dan memberikan sumbangan dalam jumlah besar. 

Ternyata balita tersebut adalah anak tetangganya yang dia sewa Rp. 30.000-Rp. 50.000/hari. Ini karena jika dirinya mengemis seorang diri, hanya sedikit orang yang iba dan mau memberikan sumbangan. Ternyata dengan membawa anak kecil, pendapatannya bisa meningkat berkali-kali lipat.

Hal lucu, si ibu ini bahkan menawari kami bermain di rumahnya yang ada di daerah Malang Selatan. Ibu ini bilang akan menjamu kami bila mau main ketempatnya. 

Rumahnya lantai 2 dan hanya tinggal berdua dengan suami karena 3 anaknya sudah menikah. Seingat saya anaknya ada yang kini sebagai TKI di Taiwan, ada yang kerja di Kalimantan dan seorang lagi sudah menikah dan ikut suaminya.

Informasi yang tidak terduga lainnya ternyata ada pihak yang bertindak sebagai koordinator pengemis. Biasanya koordinator ini membawahi sekelompok pengemis dengan tanda atribut khusus seperti topi, caping, tas selempang kain, kain penutup kepala, dan sebagainya. 

Apabila kita melihat beberapa pengemis dengan menggunakan atribut yang sama bisa diidentifikasikan bahwa mereka dari kelompok koordinator yang sama.

Jangan heran ternyata koordinator ini mampu menerima pemasukan yang berkali-kali lipat dibandingkan pegawai kantoran. Bahkan dari cerita yagn saya dengar, koordinator pengemis bisa memiliki rumah mewah, mobil, hingga sering bepergian keluar negeri untuk liburan dimana sumber dsana berasal dari setoran anak buahnya.

Beberapa saat lalu juga muncul pemberitaan Satpol PP yang menangkap seorang pengemis bernama Muklis yang ternyata memiliki uang hingga ratusan juta rupiah (berita lengkap klik disini) bahkan ada yang menggunakan mobil setelah selesai mengemis di jalanan (berita lengkap klik disini). Jika seperti ini, masihkan ada yang meragukan penghasilan dari seorang pengemis?

2. Pengamen

Profesi ini juga seakan tidak terduga. Salah seorang rekan di kantor bercerita jika dirinya dulu pernah menjadi seorang pengamen selepas lulus sekolah. 

Dirinya mengamen di perempatan jalan dan mencari tempat keramaian. Penghasilan yang didapat pun tergolong lumayan. Paling sedikit bisa dapat Rp. 50.000 dan jika ramai bisa mendapat sekitar 150 ribu.

Pendapatan ini akan semakin besar apabila si pengamen memiliki talenta suara yang bagus dan mampu menyanyikan lagu yang disukai orang lain. Orang tidak segan untuk memberikan sumbangan kepada pengamen yang memiliki suara bagus. Bahkan ada pendengar yang rela memberikan uang Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000 dengan meminta dinyanyikan lagu request yang disuka.

Pengamen yang memiliki suara bagus dan berada di lokasi yang tepat bisa mendapatkan penghasilan setidaknya 3 juta per bulan. Tidak menutup kemungkinan uang yang didapat bisa diatas itu. 

Namun ini juga tergantung dirinya mengamen sendiri atau dengan kelompok. Bila berkelompok tentu pendapatakan akan lebih kecil karena harus dibagi dengan orang yang terlibat.

3. Penjual Kuliner

Saya sempat mengobrol dengan pemilik kuliner pecel ayam/lalapan ayam pinggir jalan karena saya kadang jika malam hari sering makan menu ini. Tidak hanya itu, teman kerja saya yang berasal dari Tegal juga keluarganya memiliki usaha Warung Tegal (Warteg) di Jakarta.

Pelaku usaha kuliner seperti pecel ayam atau Warteg nyatanya memiliki penghasilan setara dengan supervisor atau bahkan manager di perkantoran. Untuk usaha pecel ayam yang saya ajak ngobrol, keuntungan bersih yang bisa didapat jika banyak pembeli bisa mencapai Rp. 200.000-Rp. 500.000. 

Dengan sistem jualan dari jam 6 sore hinga jam 11-12 malam. Tempat berjualannya memang cukup strategis di pinggir jalan raya yang ramai orang berlalu lalang.

Teman saya yang keluarganya punya usaha Warteg cerita bisa mendapatkan penghasilan dari Rp. 300.000-Rp. 700.000/hari tergantung ramai tidaknya pembeli. 

Biasanya Warteg akan banyak dijumpai di sekitar kantor atau tempat padat penduduk yang mayoritas para pekerja atau pendatang. Jam ramai pembeli sekitar jam 07.00-09.00 serta jam 11.00-14.00.

Bila dikalkulasikan, usaha kuliner diatas setidaknya bisa mendapatkan penghasilan 6-15 juta rupiah. Sebuah pendapatan yang fantastis. Namun saya nilai wajar karena mereka sebenarnya telah meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk usaha kuliner.

Teman bercerita jika untuk membuka usaha warteg saja. Pemilik harus sudah harus bangun jam 3 pagi. Waktu dimana banyak orang tengah terlelap tidur namun dirinya harus sudah bangun sepagi mungkin untuk berbelanja kebutuhan. 

Pulang belanja, harus segera mengolah masakan karena pagoi biasanya sudah banyak pegawai kantoran yang membeli nasi komplit atau sekedar lauk untuk sarapan.

Pemilik Warteg biasanya buka hingga malam dan minggu pun masih harus buka. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka mengembangkan usaha dan wajar jika penghasilan yang didapat bisa melebihi pegawai kantoran biasa. Jangan heran justru pemilik usaha Warteg memiliki rumah mewah di kampung halamannya. 

Teman saya cerita rata-rata rumah pemilik usaha Warteg berlantai 2 di kampung halamannya. Umumnya mereka bekerja di ibukota dan penghasilannya digunakan untuk keluarga di kampung halaman. Saya takjub mendengar cerita teman saya ini.

4. Perias Jenasah

Profesi ini memang kurang lazim terdengar di masyarakat namun sebenarnya jasa perias jenasah banyak dibutuhkan oleh mereka yang memiliki anggota keluarga yang meninggal khususnya non muslim. 

Ada beberapa alasan menggunakan perias jenasah seperti bentuk penghormatan terakhir bagi yang meninggal, keluarga ingin melihat jenasah tampil cantik/tampan saat dikubur atau sekedar menciptakan kesan tidak menyeramkan khususnya mereka yang meninggal karena kecelakaan, kebakaran dan sebagainya.

Bayarannya pun tergolong tinggi. Dari beberapa sumber yang saya dapat, bayaran berkisar ratusan hingga jutaan rupiah. Bahkan ada pihak keluarga yang berani membayar mahal jika mereka menyukai hasil riasan dari sang perias. 

Anggap saja sekali merias mendapatkan bayaran Rp. 500.000/jenasah dan sebulan dapat 8 orang maka sudah mendapat penghasilan Rp. 4.000.000/bulan. Jika beruntung bisa saja bayaran 4 juta ini didapatkan untuk merias 1 jenasah terutama bagi mereka yang sudah profesional.

5. Tukang Parkir Liar

Ada candaan yang sering saya dengar, profesi yang paling sakti adalah Tukang Parkir Liar. Saat kita datang, tidak ada terlihat sosok tukang parkir namun entah kenapa ketika hendak pulang atau balik ke kendaraan. 

Selalu muncul seseorang yang sibuk mengatur kendaraan. Entah muncul darimana layaknya jin yang keluar dari lampu aladin

Saya memasukkan profesi ini karena selama ini saya mengamati dan membuat kalkulasi sendiri melihat bahwa tukang parkir liar berpotensi memiliki penghasilan diatas pegawai kantoran.

Kita bayangkan tukang parkir motor di kota besar dipatok Rp. 2.000/unit sedangkan mobil Rp. 3.000-Rp. 5.000/unit. Bahkan di tempat yang ramai atau kegiatan yang mengundang massa besar seperti acara konser, pameran, pasar malam, tempat wisata, dan sebagainya tarif yang diberlakukan naik berkali lipat. Motor bisa dikenakan Rp. 5.000/unit dan mobil mencapai Rp. 10.000/unit. 

Pengalaman yang bikin nyesek, saya pernah parkir di tempat salah satu wisata di Kabupaten Tangerang. Saya harus membayar parkir mobil sebesar Rp. 20.000. 

Namanya juga parkir liar maka jangan harap mendapatkan struk parkir. Ujung-ujungnya hanya bisa menggerutu dan tidak bisa menolak ketika diminta bayar parkir senominal tersebut.

Jika area parkir dibutuhkan banyak orang, tukang parkir liar ini bisa mendapatkan penghasilan jutaan rupiah per bulan. Anggap saja sehari ada 25 motor dan 10 mobil yang parkir maka pendapatan dari motor jika biaya parkir Rp. 2.000/unit maka sudah dapat Rp. 50.000. 

Untuk mobil jika biaya parkir Rp. 5000 maka akan mendapat Rp. 50.000 artinya perhari sudah mendapatkan Rp.100.000/hari maka sebulan bisa mencapai 3 juta rupiah.

Itulah 5 profesi yang sering kali disepelekan namun memiliki penghasilan besar yang mampu menggungguli pekerja kantoran. Apabila ada profesi lain yang juga memiliki penghasilan seperti contoh yang saya berikan, sahabat Kompasiana bisa mengomentari di kolom komentar. Semoga kita bisa saling berbagi informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun