Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Saatnya Mengembalikan Identitas Bali Sebagai "Surga Pariwisata"

11 Agustus 2020   19:00 Diperbarui: 13 Agustus 2020   05:36 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tagline Bali di Bandara Ngurah Rai. Dokumentasi Pribadi

Bayangkan saja harga tiket Bali Zoo sebelum Pandemi sekitar Rp. 140 ribu/dewasa dan 100ribu/anak-anak saat weekend saat itu di diskon menjadi Rp. 95ribu/dewasa dan 75ribu/anak-anak.

Berfoto dengan Satwa Burung. Dokumentasi Pribadi
Berfoto dengan Satwa Burung. Dokumentasi Pribadi

Adanya diskon ini tentu sangat menarik bagi pengunjung yang datang dalam jumlah besar. Bisa menghemat hingga 32 persen. Umumnya pada situasi normal dan saat weekend, pengunjung ramai berdatangan. Jangan kaget jika akan kesulitan untuk mendapat area parkir serta mengantri cukup lama karena ramai dikunjungi wisatawan. 

Saat itu situasi masih senggang, saya hanya butuh mengantri 3 menit saja mulai dari antri cuci tangan, cek suhu hingga pembelian tiket.

Saya sempat mengobrol dengan petugas tentang jumlah kunjungan ternyata masih tergolong sepi tidak sampai seribu pengunjung padahal biasanya jumlah yang datang berkali lipat pada hari libur.

Tidak hanya itu selepas mengunjungi Bali Zoo, saya mencoba berkeliling Ubud hingga petang. Situasi masih sepi bahkan mayoritas galeri dan toko tutup. Bule asing pun hanya hitungan jari yang saya temui. Itu pun saya yakin mereka memang sudah menetap lama di Bali, bukan wisatawan asing yang sedang liburan.

Sekitar akhir 2019, saya sempat mengunjungi Ubud. Saya masih ingat susahnya mencari area parkir meski hanya sekedar ingin berhenti di samping jalan karena Ubud terkenal macet saat weekend. 

Bule berlalu lalang di jalan hingga mereka makan dan minum bir di beberapa tempat hiburan di Ubud. Kini jam 8 malam nyaris semua tempat hiburan dan minimarket tutup.

Saya yang sejak kecil tinggal di Bali seakan flashback akan situasi Bom Bali yang sempat membuat pariwisata goncang. Entah kenapa saya menilai Pandemi ini justru berdampak lebih hebat dibanding Bom Bali 1 dan 2. 

Saat Bom Bali, masih ada wisatawan lokal dan asing yang berkeliaran meskipun jumlahnya menurun tajam. Setidaknya usaha retail masih bisa beroperasional. 

Saat itu jam 8 malam Ubud layaknya sebuah desa di daerah pinggiran karena nyaris tidak ada aktivitas layaknya destinasi wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun