Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jeritan Hati Penjual Gorengan Melayani Konsumen

24 Juli 2020   10:53 Diperbarui: 24 Juli 2020   11:17 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Gorengan yang sedang Menjajakan Jualan. Sumber Tribunnews.com

Saya adalah salah satu dari sekian banyak masyarakat Indonesia yang menyukai gorengan seperti pisang goreng, tahu isi, bakwan,dan cireng. Sebenarnya masih ada jenis gorengan lain seperti molen, tempe goreng, singkong goreng atau tahu pong. 

Kesukaan saya pada gorengan karena rasanya yang renyah apalagi jika ditemani secangkir kopi dan teh manis di pagi hari atau sore hari. Nikmatnya tidak bisa diungkapkan. Harganya pun masih terjangkau. Di tempat saya harga tahu isi masih Rp. 500 per gorengan. Di tempat lain mungkin ada yang Rp. 2.000 dapat 3 gorengan.

Beberapa kali teman-teman kantor iuran untuk membeli aneka gorengan yang akan dimakan bersama saat jam istirahat. Dikonsumsi sangat hangat dan beramai-ramai tentu memberikan sensasi berbeda. Makan sambil mengobrol kemudian tangan mengambil lagi bahkan ketika hendak habis langsung berebutan mengambil gorengan yang disuka seakan mampu mencairkan suasana dan meningkatkan keakraban.

Ironisnya masa pandemi ini, intensitas saya membeli gorengan agak berkurang. Ada beberapa pertimbangan saya mengapa tidak terlalu sering lagi membeli gorengan.

#1 Terlalu banyak tangan pembeli menyentuh gorengan. 

Sebenarnya penjual sudah menyediakan penjepit makanan untuk menghindari kontak tangan ke makanan. Namun masih ada saja yang mengganggap pembeli adalah raja. Mereka lebih senang memilih gorengan dengan tangan mereka sendiri. Ini karena mereka bisa merasakan apakah gorengan masih dalam kondisi hangat hingga menilai tekstur gorengan empuk atau tidak. Ketika sudah menyentuh gorengan dan dirasa kurang cocok maka gorengan akan diletakkan kembali dan memilih gorengan lainnya.

Padahal kita tahu tangan bisa menjadi berkumpulnya bakteri dan virus. Apalagi dimasa pandemi ini, masyarakat seakan menghindari kontak langsung dengan tangan orang lain. Ini karena virus atau bakteri dengan mudah berpindah.

Sedikit jengkel memang jika melihat pembeli memilih gorengan dengan tangan namun gorengan yang tidak dipilih diletakkan lagi ke tempatnya semula. Bayangkan ketika kita memilih gorengan ternyata gorengan yang kita makan sudah dipegang lebih dari 10 orang. Peluang kita terkena penyakit akan lebih besar.

#2 Himbauan protokol kesehatan susah diterapkan. 

Saya masih sering menemukan penjual gorengan khususnya di tepi jalan yang mengabaikan protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker selama berjualan, menyediakan tempat pencuci tangan dan handsanitizer, menjaga jarak antar pembeli dan mengurangi penggunaan uang kertas/koin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun