Saya juga sedikit kesal melihat si penghutang dengan tanpa bermasalah menunda membayar atau bahkan melalaikan kewajiban membayar hutang namun dirinya memposting sedang melakukan traveling, membeli barang branded, kuliner di tempat yang mahal atau aktivitas lain yang mengeluarkan uang besar. Padahal uang tersebut dapat menutupi hutangnya. Wajar jika kemudian muncul istilah tidak tahu malu dari si pemberi hutang.
Muncul kekhawatiran saya jika rasa berpegang pada janji dan rasa malu kian pudar di masyarakat akan memberikan efek domino. Karena kesalahan 1 atau 2 orang yang lalai akan tanggungjawabnya membuat berkurangnya rasa empati kita kepada orang lain. Alhasil ketika ada orang lain yang memang membutuhkan bantuan atau pinjaman, kita akan cuek dan mengganggap bahwa semua penghutang sama saja. Ini berbahaya karena bisa jadi orang tersebut memang butuh bantuan dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Tapi karena pengalaman dimasa lalu akhirnya berdampat pada orang lain.
Bagi mereka si penghutang: Ingatlah orang lain membantumu dengan memberikan pinjaman bukan karena mereka kaya. Mereka hanya ingin menunjukan rasa empati dengan berusaha membantumu dengan tulus. Jagalah kepercayaan orang tersebut dan jangan rusak karena keegoisanmu terutama ngeles dari tanggung jawab untuk membayar hutang.
Bagi mereka pemberi hutang. Janganlah kekecewaanmu di masa lalu membuatmu menjadi sosok yang tidak peka lagi terhadap sesama. Percayalah rejeki akan datang darimanapun. Ingatkan mereka yang berhutang untuk melaksanakan tanggungjawabnya karena tugas kita mengingatkan mereka agak tidak terjerat piutang yang ditakutkan menjadi penghambat mereka di akhirat kelak.