Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi "Scooter Boy" di BSD, Dia yang Salah Dia yang Marah

8 Februari 2019   10:16 Diperbarui: 8 Februari 2019   10:55 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Perusakan Motor karena Ditilang di BSD, Serpong. Sumber Nusanews

Kisah lainnya, ada seseorang yang ditilang hanya karena lampu menyala namun terkesan redup (kasus penilangan konyol lainnya dapat diklik disini). Kejadian ini yang membuat orang seringkali was-was karena sebagai orang awam yang kurang mengerti hukum, seringkali kita bersikap pasrah jika berhadapan dengan oknum petugas yang nakal.

Upaya AS yang tidak menggunakan helm dan melawan arah saat mengendarai motor sebenarnya dapat terjadi karena adanya pandangan "hal ini wajar". Bukan rahasia umum, masyarakat di daerah pinggiran lebih memilih tidak menggunakan helm saat berkendaraan. 

Alasannya simple, sudah terbiasa tidak menggunakan helm, jalan yang dilalui bukan jalan besar ataupun selama ini aman-aman saja tanpa harus menggunakan helm. Kebiasaan ini yang membuat mereka  mudah meluapkan emosi ketika petugas melakukan penilangan akibat sesuatu yang mereka anggap tidak masalah atau wajar.

Permasalahan lainnya adalah budaya suap-menyuap masih terasa kental di masyarakat. Tidak sedikit kegiatan suap-menyuap menjadi cara tercepat untuk menyelesaikan permasalahan dan memuluskan keinginan seseorang. Ketika seseorang ditilang, mereka akan berupaya agar masalah ini cepat teratasi, kendaraan tidak disita dan tidak perlu mengeluarkan waktu dan tenaga untuk mengikuti proses persidangan. Tidak heran korban penilangan memberikan"pelicin" kepada petugas.

Oknum nakal tentu sangat menyambut baik dan mengharapkan "pelicin" tersebut sebagai pendapatan tambahan. Budaya inilah yang kemudian melahirkan banyak oknum nakal yang berusaha keras mencari uang tambahan dengan cara aksi tilang "gelap atau tidak sesuai SOP". Seringkali kita akan melihat aksi penilangan yang dilakukan satu atau dua oknum petugas dan tidak memenuhi SOP proses razia yang legal oleh instansi terkait.

Ini dapat menjadi alasan mengapa AS melakukan tindakan perusakan kendaraan dengan tujuan aksi tersebut sebagai upaya protes kepada petugas. Kejadian ini bukanlah yang pertama, sobat kompasiana mungkin pernah melihat video seorang kakek yang membakar motornya karena menolak ditilang. Berikut videonya

Kedua aksi ini memiliki motif sama yaitu menolak untuk ditilang serta menyerahkan kendaraan kepada petugas. Bedanya AS melakukan perusakan motor milik pacar dengan merusak body kendaraan serta merusak mesin dengan batu sedangkan si Kakek melakukan pembakaran motornya sendiri.

Sangat disayangkan memang jika rasa kekecewaan harus diluapkan dengan emosi. Disatu sisi bagi si pelaku perusakan, aksi ini dapat mengobati luapan emosi sesaat kepada pihak lain. Rasa kekesalan yang tidak terbendung memang membutakan pikiran seseorang. Disisi lain, tentu aksi ini akan meninggalkan penyesalan mengingat barang yang mereka rusak adalah sesuatu yang berharga dan dibutuhkan. 

Andai motor si pacar AS masih berstatus kredit tentu ini akan merugikan karena hutang motor belum lunas namun motor sudah rusak dan tidak berguna lagi. Begitupula dengan aksi si Kakek, jika motor yang dirusak ternyata menjadi tumpuan untuk operasional si kakek sehari-hari pasti dengan terbakarnya motor tersebut si kakek menjadi susah untuk melakukan mobilisasi.

Sobat kompasiana apabila pernah melakukan aksi serupa atau juga memiliki ungkapan yang bisa mewakili kejadian diatas dapat menuliskan melalui kolom komentar dibawah. Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun