Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Tabulasi Pemindahan Ibu Kota Sumatera Barat

2 Desember 2020   03:53 Diperbarui: 2 Desember 2020   06:54 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu landmark Sumatera Barat | Sumber: Shutterstock via KOMPAS.com

Berhubung Nasrul menjadi Wakil GubernurSumbar selama lima tahun, tentu daya jelajahnya lebih jauh, dalam, dan lama dibanding saya yang hanya sempat delapan bulan menelusuri jalanan delapan kabupaten dan kota di Sumbar II pada tahun 2008-2009. Itupun hanya sesekali singgah di enam kabupaten-kota. Konsentrasi saya hanya di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, plus Agam bagian pesisir.

Mulyadi, setahu saya adalah seorang perencana (planner, atau bisa juga disebut perekayasa), baik di dalam atau luar negeri. Daya jelajahnya lebih jauh, dalam, dan lama di Sumbar, tidak hanya Sumbar II, dibanding saya. Tentu saja. Saya hanya sekali minta izin maju sebagai calon legislator nasional. Kalau bidang saya, perencana (ilmu) sosial juga, tetapi lebih banyak disebut sebagai pengamat atau analis. Padahal, dari keseluruhan karya akademik atau intelektual saya, substansi yang berisi tentang perencanaan jauh lebih banyak, dibanding amat-mengamati. 

Ketika Fakhrizal, Mahyeldi, Mulyadi, Nasrul dan saya, serta seabrek profesional lain menyeburkan diri ke dalam politik praktis, kegiatan perencanaan berpindah ke dalam pikiran.

Mahyeldi? Dibanding Fakhrizal, Nasrul Abit, dan Mulyadi yang lebih beraroma rantau, Mahyeldi lebih berlogo ranah. Disamping menempuh pendidikan tinggi di Kota Padang, Mahyeldi pun menjadi Walikota di Padang.

Tetapi, apakah ranah yang ditempuh Mahyeldi berarti juga diluar Kota Padang? Tentu, Buya Mahyeldi punya perhatian kepada sektor kelautan, dalam kesaksian saya. Tetapi seberapa banyak naik perahu, rakit, hingga kapal kayu dibanding saya di perairan Sumbar, saya belum punya info.

Nah, silakan hitung sendiri prosentase rantau-ranah itu, dalam mesin aritmetika politik Anda masing-masing. Lalu gunakan untuk membuat proyeksi, bakal seperti apa wujud ibukota baru Sumbar dalam perencanaan mereka.

Dalam arsir saya, tentu Nasrul Abit tetap lebih visiografik. Tugas di bidang kesehatan masyarakat tidak main-main. Area yang selalu dibuat kaum profesional bidang kesehatan ini tentu selalu berisi sterilisasi area, sebelum memasukkan pasien. Lingkungan puskesmas, misalnya. Atau beranda rumah. Ketahanan manusia terletak dalam ketahanan lingkungan manusia. Tidak bisa orang yang bisa sembuh dari penyakit, jika lingkungan orang itu penuh salemo, misalnya.

#MajukanBundoKanduang. DokumenPribadi
#MajukanBundoKanduang. DokumenPribadi

Nah, masukin lagi indikator profesi masing-masing tokoh kita ini ke dalam area yang bisa Anda perkirakan dalam corat-coret di pulpen yang Anda pegang. Hitung lagi prosentasenya. Mana yang bisa dianggap mampu mengatasi penyakit-penyakit birokrasi sebagaimana yang Anda alami di Kota Padang, ketika berurusan dengan kantor gubernur dan hulubalang kedinasannya. Bikin skor.

Indikator yang lain? Ah, sudah kepanjangan. Sudah lebih dari 1.300 kata lho. Tak perlu dilanjut, kan? Anda bikin sendirilah.

Tentu, sebelum tongkat kepemimpinan politik berpindah ke salah satu dari keempat tokoh kita ini. Seminggu lagi. Sekarang, tongkat itu berada di tangan Anda masing-masing sebagai pemilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun