Adakah lagi yang ingin kau hancurkan?
Mulut laut telah terbelah menelan angkuhmu
Mata dunia berpaling
Nada bisu bergema di genteng gubuk tuamu
Ada yang rapuh
Ada yang luluh
Lebur jadi debu-debu jalanan
Akankah kau seka debu-debu itu?
Ia menempel di mata batinmu
Ataukah matamu hanya sempat menatap
Kaca-kaca retak
Terserak di ujung kakimu?
Sepasang mata indah
Memandang di sana
Pancarkan keanggunan
Pasrahkan kerinduan
Dan sepasang mata lain
Bersatu dalam matamu sendiri
Tetaplah tatap mata-mata itu
Ia ada di depan matamu
Pusgiwa UI, 17.40, 24 Januari 1996
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!