Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Amnesia Nama-nama Bupati Jelang Pilkada

12 Juli 2020   03:41 Diperbarui: 12 Juli 2020   03:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diluar Bukittinggi? Sejarah daerah yang lindap. Pudur seperti dama togok yang bikin hitam hidung. Tentu diluar karya-karya ilmiah seputar peristiwa tertentu atau keberadaan urang rantai di Sawahlunto, misalnya. 

Terdapat delapan belas orang yang pernah menjadi bupati di Padang Pariaman. Tunggu dulu? Apa benar? Ada juga sejumlah media online yang menulis lebih banyak. 

Sungguh serakan informasi yang sangat coreng moreng. Tak ada yang "ditugaskan" untuk bekerja di laptop, di kegelapan malam, lalu mengoreksi halaman-halaman terbuka. Bisa wikipedia edisi bahasa Inggris, bahasa Minang, bahasa Indonesia, Belanda, Portugis, atau Arab.

Bahkan situs resmi milik pemerintahan daerah yang dikelola instansi resmi, terasa tak dikerjakan dengan rapi. Seakan tak ada "kurator" atas segala sesuatunya. 

Tentu saya paham, terlalu sedikit anggaran. Padahal, dari sana semua magnet ekonomi, wisata, karya, kreasi, keunggulan, atau malah kekurangan, bisa dipelajari. Bagaimana bisa manggaleh sebagai keahlian orang Piaman yang berbilang abad, jika lapaknya sendiri kosong? Bahkan lompong sagupun tak ada. Buta. 

Bupati Berprestasi Orde Barupun Terasa Scubidu-biduuu!

Selama menjadi pejabat di lingkungan pemerintahan kabupaten, kota, hingga provinsi, ayah paling tidak bekerja dalam masa Bupati Muhammad Noer (1966-1975), Muhammad Zein Chatib (1975-1980), Anas Malik (1980-1990) dan Zainal Bakar (1990-1994). Sungguh, saya ingin tahu, apa yang ia kerjakan, bersama sosok-sosok yang berwatak sekeras baja seperti Anas Malik, dalam generasi mereka diingat.

Anas Malik, siapa yang tidak "gentar" dengan nama itu dalam jangkauan Pariaman Raya, baik ranah hingga rantau? Ia berpangkat Letnan Kolonel yang bertugas sebagai Perwira Penerangan Kodam V/Jakarta Raya. Sosok yang begitu dihargai oleh pimpinan dewan-dewan mahasiswa yang bergerak menolak Normalisasi Kehidupan Kampus - Badan Koordinasi Kemahasiswaan di Jakarta Raya. 

Banyak pimpinan mahasiswa asal Minang yang ditahan di Kampus Kuning binaan Mayor Jenderal Eddie Marzuki Nalapraya saat itu, seperti Harry Azhar Azis yang berpandam-pekuburan di  V Koto Kampuang Dalam, Padang Pariaman, sebagaimana juga Azyumardi Azra. 

Gagah? Tentu. Setiap akhir pekan selalu membawa seekor ikan besar dengan sepeda motor terbaik di zamannya. Berbaju putih. Lalu, uwo, anduang, etek dan perempuan di dusun terpencil kami, bakal ramai-ramai memasak, terutama pas ayah gajian. Ikan tuna yang besar, tak hanya satu. Ayah tahu, orang Jepang hebat karena makan ikan.

Keras? Tentu tak berdenting, sebagaimana Anas Malik yang suka menangkap hewan ternak warga yang berkeliaran, lalu ditebus di Lapangan Merdeka. Jemuran wargapun ditata. Letak rumah mulai tak lagi membelakangi pantai. Toilet pelan-pelan dibuat di dalam rumah yang masih banyak berair payau itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun