Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

22 Tahun Gerakan Mahasiswa 1998 (1)

21 Mei 2020   09:10 Diperbarui: 29 Mei 2020   01:06 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih ingat, Zulkieflimansyah (waktu itu Ketua Senat Mahasiswa UI, sekarang Gubernur NTB) melarang saya hadir. Namun, Mustafa Kamal, mengizinkan saya. Kamal adalah Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI, sementara saya adalah Sekretaris Umum yang sudah demisioner. 

Saya menyerahkan satu bundel naskah Laporan Senat Mahasiswa FSUI 1994-1995 kepada Kamal, sebelum berangkat ke Gedung YLBHI di Jalan Diponegoro, sebagai titik kumpul sebelum berangkat ke Gedung DPR MPR dengan berjalan kaki. Bedanya, massa aksi berjalan kaki dengan diikat tali dalam kelompok-kelompok kecil, sementara saya bersama Muni dan Achmad naik mobil logistik.

Pembredelan Tempo-Editor-Detik membuat pers bawah tanah tumbuh subur. Dari pers bawah tanah inilah datang tulisan-tulisan yang jauh lebih ideologis. Para penulis yang muncul juga bermutu, termasuk nama-nama legendaris yang sedang berada di luar negeri. Walau jelas dilarang, saya selalu mendapatkan edisi terbaru tiap kali terbit, lewat jejaring Wien Muldian, Pemimpin Umum Majalah Suara Mahasiswa UI. Boleh dikatakan, breidel 1994 dan "kudatuli" 27 Juli 1996 itulah dua batu pijak (stepping stone) yang paling kuat, dalam memberi warna ideologis bagi gerakan mahasiswa 1998.

Batu pijak berikutnya? Krisis mata uang Bath di Thailand pada bulan Juli 1997. Kebetulan, saya sudah selesai menulis skripsi, tinggal menunggu wisuda. Dengan modal keterangan lulus, tanpa ijazah yang belum bisa diambil, saya mengajukan lamaran kepada sekitar 19 surat kabar untuk menjadi wartawan. 

Alhamdulillah, semuanya ditolak. Badai krisis sudah di depan mata. Jangankan menerima karyawan baru, malahan sejumlah media rontok dan mati suri. Bersama Sugeng P Syahrie, Agung Pribadi, Luthfi Ihsana Nur, saya mengambil pekerjaan pada sebuah penerbitan majalah STIE Pramita di Tangerang (sekarang Universitas Pramita). Tiap pekan saya kembali ke kostan di Jalan Margonda, Depok. Interaksi dengan mahasiswa, terutama pimpinannya, tentu tetap terjaga dengan baik.

Begini isi catatan harian saya pada tanggal 22 Januari 1998:

"Mahasiswa UI sudah mulai bergerak dalam mengatasi kondisi perekonomian nasional yang sedang parah. Sayang, Rama Pratama tidak ikut dan dianggap mengkhianati teman-temannya di Pokja yang dibentuk BPM UI.

Aku menghadiri konferensi pers mereka di Pusgiwa UI. Hadir "tokoh-tokoh" tua, seperti Budi Arie "Muni" Setiadi, Rahmat Yananda, Yaswin Iben Sina, serta tokoh-tokoh mahasiswa yang masih aktif: Ikravani Hilman, Tirta Mursitama, Imron, dan lain-lain. Bahkan Yaswin turut berteriak sebagai alumni.

Pada dasarnya, kegiatan ini digelindingkan oleh 'kelompok oposisi', sebutan untuk anak-anak di luar SMUI. Mereka berasal dari bekas kubu Busept dan Subuh Prabowo, dalam pemira 1996, serta dari KSM UI. Karena gabungan itulah yang mungkin membuat Rama cs sebagai kubu tradisional 'penguasa' SMUI curiga. Akhirnya mereka mundur, di tahap akhir.

Pernyataan sikap yang dibacakan oleh Tirta Nugraha pada dasarnya masih abstrak, seperti menuntut Orde Baru mundur, mengadakan suksesi kepemimpinan nasional, mengembalikan kedaulatan rakyat. Menurut Rahmat, dia turut terlibat dalam pembuatan konsep pernyataan sikap itu, sekalipun masalah poin per poin dibikin Pokja.

Bahkan, menurut Agung Pribadi, Fahkry berjanji mendatangkan CNN, dan lain-lainnya. Atas dasar itulah aku menilai betapa kurangnya pengalaman aktivis mahasiswa sekarang dalam melakukan manajemen aksi. Pantas, gaungnya tidak begitu terasa. Hanya sebagian kecil pers umum yang hadir yang terutama adalah mantan-mantan anak-anak UI yang jadi aktivis juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun