Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

KPK dan Bangsa Pendaki

12 September 2019   13:33 Diperbarui: 13 September 2019   10:15 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).| Sumber: KOMPAS.com/Abba Gabrillin

DokPri: FGD yg penulis ikuti sbg narasumber di Auditorium KPK RI, September 2013
DokPri: FGD yg penulis ikuti sbg narasumber di Auditorium KPK RI, September 2013

Ketika kepala-kepala daerah ditangkap aparat hukum, wakil kepala daerah otomatis berkesempatan menduduki tahta. 

Siklus dan rotasi kekuasaan yang serba terbuka memberi celah serupa. Tak sampai selesai menjalankan periode pemerintahan, sama sekali tidak ada larangan berhenti di jalan. Berpindah posisi juga dimungkinkan, yakni bertarung lagi masuk badan atau lembaga yang berbeda.

Sejauh ini, belum terjadi evaluasi komprehensif atas regulasi yang terkait kedudukan pemimpin di Indonesia. Terkecuali bagi aparatur negara yang dibatasi usia pensiun, jabatan-jabatan lain bisa diraih lewat kompetisi terbuka. 

Konduite komisioner-komisioner terbaik dalam komisi-komisi negara, bukan berarti sertifikat gratis untuk menjabat lagi. Kalau masih punya keinginan meneruskan periode berikutnya, posisi kembali ke tahap awal. 

Tak seperti cabang olahraga sepak bola yang mempertemukan klub-klub terbaik dalam partai perempat final, semifinal hingga final.

Tipe kepemimpinan feodal dan aristokratis kian pudar dari lanskap pemerintahan Indonesia. Tak ada lagi darah pemimpin yang berwarna biru. Semua warna kembali merah. Kompetisi terjadi di mana-mana. 

Prestasi sebaik apapun, bisa saja tak menjadi parameter penilaian, manakala kepentingan dan kebutuhan organisasi berubah. Hanya pemimpin yang dipilih secara langsung lewat pemilihan umum yang bisa memastikan kapan hari terakhir bekerja. Mereka terikat dengan periodesasi. 

Diluar itu? Kapan saja bisa kehilangan tampuk kepemimpinan. Seperti udara tropis memberi pengaruh lebih cepat bagi perubahan iklim.

Lanskap itulah yang membuat setiap pemimpin berwatak seperti pendaki gunung. Setiap kali melewati lembah, lereng dan tanjakan, kepala tak lantas tertengadah ke bawah. 

Tenaga dan pikiran malah kian fokus untuk menggapai puncak. Rasa puas baru bisa menguasai rongga dada, ketika tak ada lagi puncak yang berada paling tinggi. Akhir pendakian kepemimpinan berarti sendirian bersentuhan dengan langit. Batas yang tak bisa lagi diinjak, apalagi dilalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun