Mohon tunggu...
Indra Gumilar
Indra Gumilar Mohon Tunggu... -

asli urang Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia, Sebagai Medan Pertarungan Berbagai Ideologi

21 April 2015   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:50 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sangat bangga dengan pemikiran dan gerakan Islam modern yang didirikan oleh KH. Samanhudi (Syarikat Islam pada tahun 1905), KH. Ahmad Dahlan (Muhamadiyah), KH. Hasyim Asy'ari (Nahdhatul 'Ulama), Haji Zamzam (Persatuan Islam), termasuk Masyumi, dan lain-lain. Yang dilanjutkan oleh para penerus pemikir dan cendekiawan seperti H.O.S Tjokroaminoto, A Hassan, Mohammad Natsir, HAMKA, Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, dan banyak lagi. Khazanah pemikiran yang memperkuat fondasi dan sendi-sendi bangsa Indonesia dan juga mempengaruhi peradaban Islam dan peradaban dunia. Perlu dicatat bahwa para tokoh inilah yang mendidik para tokoh bangsa seperti Soekarno yang berperan besar dalam mencetuskan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Belum lagi Mohammad Natsir yang pernah memimpin dan memberikan sumbangsih pemikiran yang besar terhadap Muktamar 'Alam Islam waktu itu.

Adapun di belahan dunia lainnya tepatnya Timur Tengah dan Eropa Selatan, geliat serupa pun terjadi seiring kebangkitan bangsa Asia dan Afrika dalam mengusir kolonialisme dan imperialisme. Atau ada juga bentuk imperialisme yang selama ratusan tahun bertahan yang dipimpin dinasti Turki Utsmaniyah (Ottoman), yang berakhir tahun 1924, akibat gerakan sekularisme yang konon didukung gerakan Zionisme. Imperialisme yang dilakukan oleh Turki merupakan sistem monarki yang dibentuk dan diklaim sebagai sistem Khilafah. Artinya ketika terjadi Perang Dunia I yang melibatkan poros Turki (Utsmaniyah)-Jerman-Austria&Hongaria-Italia melawan poros Inggris-Prancis-Rusia tidak lebih dari perang antar para imperialis dunia waktu itu.

Nah kembali ke gerakan Islam, terdapat Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir yang juga merupakan gerakan anti imperialisme, sebagaimana halnya Syarikat Islam, NU, Muhamadiyah, Persis di Indonesia. Akan tetapi satu hal yang cukup menarik adalah gerakan Ikhwanul Muslimin ini menghasilkan atau bisa juga dikatakan banyak diadopsi oleh orang Indonesia hingga terbentuknya gerakan tarbiyah, termasuk yang membentuk berdirinya PKS. Sedangkan pasca kejatuhan Turki Utsmaniyah timbul pula gerakan perlawanan yang ingin mengembalikan nostalgia ke-Khalifahan yaitu Hizbut Tahrir, yang juga banyak mempengaruhi dan diadopsi untuk berdirinya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), hanya saja HTI tidak membentuk parpol seperti hal nya PKS, akan tetapi konflik diantara keduanya ibarat api dalam sekam hingga saat ini yang cukup berpotensi menimbulkan kericuhan di dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia.

Memang diantara ormas Islam seperti NU, Muhamadiyah, Persis, misalnya secara klasik sering terjadi konflik, akan tetapi konflik ini selalu berada dalam tataran konflik kultural dan politik secara terbuka di parlemen, tidak sampai menimbulkan konflik dendam kesumat secara horizontal.
Dalam perkembangannya gerakan (harokah) tarbiyah (yang dimotori orang-orang didikan IM dan HTI), pemikiran dan sistematika nya masuk hingga ke sendi-sendi pusat kegiatan da'wah Islam yaitu pesantren, masjid, dan kampus.... hingga SEKARANG..!.

Sangat bisa jadi gerakan ini terus membentuk sebuah tatanan masyarakat Indonesia yang dibentuk oleh gerakan pemikiran islam yang di setting sebagai gerakan global, yang sebenarnya merupakan ijtihad Islam yang dibentuk oleh para pemikir Islam di Timur Tengah, seperti Hassan al Bana, Sayyid Quthb, termasuk Yusuf Qardhawi.

Sudah menjadi kebiasaan umum bahwa orang Indonesia cukup mudah silau oleh berbagai produk asing, dari produk pemikiran, produk politik, hingga produk barang dagangan lainnya. Bangsa Indonesia memang merupakan pangsa pasar yang sangat besar dan potensial semakin membesar dan menggila. Yang menjadi permasalahan apakah berbagai produk asing ini - yang sangat mudah diserap mentah-mentah- malah membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berubah identitasnya...???, sangat perlu bangsa ini untuk mengkritisi berbagai produk impor yang deras masuk ke dalam negeri kita.... sangat perlu untuk membentuk kembali identitas bangsa ini agar tidak berubah menjadi bangsa korban pan Arabisme dan pan Turkisme ... perlukah dibangkitkan kembali semangat yang dulu dikumandangkan para pemikir seperti yang saya sebutkan di atas...?? tampaknya masih dalam tataran pembuatan film...

Belum lagi produk pemikir Islam dari gerakan pan Iranisme (dengan membawa muatan Syi'ah nya) dan belum lagi produk pemikir Islam gerakan Lahore dan Qadiyan (dengan gerakan Ahmadiyah nya), belum lagi gerakan Islam Jema'ah dari India (yang dikenal dengan gerakan Jemaah Tabligh)... dan sebagainya yang sangat bisa jadi malah makin membuat bangsa ini terancam semakin semrawut... monggo dipikirkan dan ditindak-lanjuti ...
# wilujeng wayah kieu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun