Mohon tunggu...
Indra Furwita
Indra Furwita Mohon Tunggu... Aircraft Engineer -

Aviation & Travel Enthusiast, juga berkarya di IG @FlightEnjoyneer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Belajar dari Anak Papua (8 tahun)

16 Maret 2011   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_94782" align="aligncenter" width="520" caption="Ilustrasi by http://www.yohanessurya.com"][/caption] Setelah sukses dengan pembahasan sebelumnya Yang Terlupakan Saat Mahasiswa “MeSum”. Mari kita bahas sebuah penyampaian oleh seorang dosen saya yang bercerita tentang kisah menarik sekaligus juga inspiratif. Banyak pembelajaran yang dapat kita petik dari pembicaraan beliau. Tentu saja tidak "mentah-mentah" saya menuliskan semua yang dikatakannya. Karena ada beberapa poin dimana saya dan beliau tidak sejalan, tapi itu hal biasa.

Jika Anda pernah melihat sebuah tayangan di televisi beberapa waktu lalu yang menyiarkan tentang beberapa anak belia dari Papua yang berprestasi gemilang. Kesepuluh anak seumuran 8-10 tahun itu  yang mewakili daerahnya Papua untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di Lembaga Belajar Surya Institute yang didirikan oleh Prof. Yohannes Surya. Mereka dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi Olimpiade Sains Internasional. Tak perlu diragukan lagi beliau  jika berbicara tentang prestasi yang membanggakan Indonesia di kancah internasional.

Sepuluh anak itu adalah permintaan dari Prof. Yohannes Surya kepada Gubernur Papua, agar memilih dan menitipkannya di lembaga belajar yang di kelola beliau. Selama 2 tahun lamanya mereka dididik dan ditempa kemampuannya. Lebih berkesannya lagi, ternyata anak-anak ini tidak bisa baca tulis awalnya. Hingga pada tayangan itu beberapa orang anak dites kemampuan matematisnya. Excellent, kerja kalkulatorpun dapat Ia kalahkan, tidak hanya itu sebuah rumus matematis yang rumit sederajat sekolah menengahpun mampu dikerjakannya dengan sistematis. Mendengar itu saya kagum dengan kemampuan anak-anak Papua.

Berbicara tentang Sumber Daya Manusia Papua, sepertinya masih banyak yang memandang sebelah mata. Berangkat dari itu, Prof. Yohannes Surya mencoba membuktikan bahwa mereka yang tinggal di daerah pelosok juga tak kalah dengan pelajar-pelajar di kota. Sudah terbukti dari kemampuan anak tersebut yang mampu menyelesaikan soal-soal sekelas sekolah menengah dengan usia mereka yang relatif masih duduk di kelas Sekolah Dasar. Kini dapat dikatakan bahwa Prof. Yohannes Surya berhasil dalam misinya membuktikan keunggulan sumber daya manusia tanah Papua.

Di akhir penyampaiannya, Prof. Yohannes Surya menyimpulkan bahwa mereka yang memiliki potensi yang sama dengan  anak-anak pada umumnya di perkotaan. Hanya saja mereka kekurangan tiga hal yang membantu mereka dalam berkembang, yakni Fasilitas, Pendamping dan Kemauan.

Belajar dari itu, maka jika kita kaitkan dengan kehidupan mahasiswa dalam perkuliahan kita patut bersyukur masih bisa kuliah dengan terjamin. Apakah kita mempunyai ketiganya? Ya, kecuali satu kemauan. Kita punya Fasilitas berupa gedung, laboratorium dan fasilitas mewah lainnya. Pendamping yang  diisi dengan dosen-dosen berkompeten. Hanya saja kemauan dan semangat untuk terus belajar dan memanfaatkan fasilitas yang ada.

Semangat kita sebagai mahasiswa masih kalah dengan mereka yang berusia belia. Mereka hanya kekurangan fasilitas dan pendamping, tapi tekad dan kemauan mereka jauh lebih besar. Telah dibuktikan dengan kemampuan mereka yang tidak main-main. Akankah kita masih belajar dari anak-anak Papua itu?

Penting menjadi perhatian bagi mahasiswa yang dalam perantauan untuk menimba ilmu. Demi belajar rela jauh dan melepas tanggung jawab kepada orang tua. Setiba di kota tujuan, apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh mereka yang di rumah susah payah mengais rejeki untuk membiayai kuliah?. Mereka benar tidak tahu detail yang kita lakukan, lalu sampai kapan kita terus mendustai mereka.

Kita tidak bisa menutup mata, bahwa di tengah megahnya fasilitas dan pendamping yang berkualitas serta rela membayar mahal demi itu semua. Masih ada beberapa di antara kita yang berleha-leha larut dalam kesenangan dunia. Kebebasan yang benar-benar diartikan sebagai kebebasan tiada batas.

Keseriusan dan kedisiplinan kita dalam studi sangat diperlukan. Hal itu sangat menentukan prestasi akhir kita kelak. Sadarlah bahwa satu tujuan kita merantau adalah belajar dan membawa kesuksesan untuk mengganti beban orang tua selama ini. Disiplinlah dalam menjalankan amanah, maka niscaya apa yang kita cita-citakan dapat tercapai dengan optimal.

Serius dan disiplin bukan berarti kaku dalam kuliah yang kerjaannya hanya kuliah, belajar dan terus berulang demikian. Tapi jalankan kehidupan dinamis yang mendorong Anda mampu mengimbangi kreatifitas dan kompetensi soft skill serta hard skill. Karena suatu saat itu akan dibutuhkan di tengah dan akhir studi perkuliahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun